Sabtu, 13 Agustus 2016

KUMPULAN PUISI BULAN JULI 2 Karya Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet : Inilah Karyaku Minggu, 14 Agustus 2016 - 07:05 WIB
 
Ki Slamet 42
 
“TERIMAKASIH YA, ALLAH”
Karya : Ki Slamet 42

Hanyalah kepada-Mu Ya Allah aku menyembah
Lewat segala tingkah laku, amal dan beribadah
Kaulah Penciptaku yang  berikan daku hidayah
Hingga aku kembali bisa  menjalankan perintah
Membakar dosa-dosa  yang masihlah berlimpah
Bersemayam di dalam jiwaku ba’ bukit  sampah

Betapa kasih-Mu, tiadalah terhingga Ya, Allah
Kau ingatkan aku, saat dosaku melimpah ruah
Tidur mendengkur berselimutkan lupa marwah
Bergelimang kesenangan harta yang tak berkah
Yang terus saja merambah semakin bertambah
Hingga Engkau sadarkanlah aku lewat hidayah

Hanyalah kepada-Mu Ya Allah aku menyembah
Lewat sholatku lewat segala tingkah beribadah
Jangan Kau cabut hidayah ini dariku Ya, Allah
Agar aku bisa jalani perintahmu di segala ranah
Membaca kalam-Mu berdoa, zikir dan berserah
Tempatku mengadu sirnakan atma nan gundah

Terimakasih atas segala hidayah-Mu  Ya, Allah
Kau peringatkan aku  di penghujung usia galah
Atas kehendak-Mu aku tiadalah menjadi kalah
Yakni orang-orang yang merugi banyaklah salah
Insan yang terus lakukan dosa, maksiat kaprah
Dibelenggu kuat jerat penggoda Iblis Gomorah

Kini aku rasakan damai jiwa yang terus sesorah
Berserah jiwa di dalam hening sujud pada Allah
Bersyukur atas kasih dan rahmat serta hidayah
Allah Maha Pencipta zat yang patut disembah
Bagi insan semesta, makhluk ciptaan nan lemah
Belenggulah aku dengan hidayah-Mu  Ya, Allah

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 31 Juli 2016 – 10:53 WIB



“KONON CERITA ALAM PUN MURKA”
Karya: Ki Slamet 42

Di sepanjang hari  di beberapa pekan minggu ini
Dari pagi,  siang,  sore hingga jelang petang hari
Sinar terik sang Mentari serasa membakar bumi
Cahayanya silaukan mata hingga kernyitkan dahi
Panasnya membuat tubuh rasa nyeri tak terperi
Bagai terpanggang didalam panasnya tungku api

Belantara pun kering kerontang tak lagi berseri
Tanah sawah  pecah berbongkah padi pun mati
Sebab  tak ada air irigasi yang bisa lagi mengaliri
Sungai pun kering,  yang tersisa hanya batu kali
Berhias bermenung diri berkisah dalam prasasti
Tentang alam yang lirih merintih rasa perih hati

Maka terjadilah banjir, longsor, lini gempa bumi
Bala musibah melanda  hampir di seluruh negeri
Deraslah mengalir air mata duka nestapa jiwani
Menggenang di dalam kubangan penyesalan diri
Merasa kecewa berprasangka buruk pada Ilahi
Lalu berkata, “Tuhan kenapa beri musibah ini ?”

Kononlah cerita mengapa semuanya bisa terjadi?
Sebabnya Dewa Surya Dewa Indra Dewi Pertiwi
Hatinya sangat kecewa,  pun teramat  sakit hati
Sebab di bumi  banyak manusia lupa ajaran religi
Berakrablah diri dengan Iblis,  tega berbuat keji
Menjerat,  menipu, korupsi,  perkaya diri sendiri

Tanpa rasa kemanusiaan  membunuh secara keji
Bayi kecil mungil  diberi suntikan  vaksin  imitasi
Wanita diperkosa sesuka hati  lalu dibunuh mati
Merampok, membegal, lakukan teror di sana-sini
Berghibah, menggunjing, memfitnah jadilah hobi
Tak peduli yang penting semua tujuan terpenuhi
 
Bumi Pangarakan, Bogor
minggu, 17 Juli 2016 – 10:41 WIB




"MENATAP BAYANG-BAYANG"
Karya : Ki Slamet 42

Sumeringahmu nan lembut tutur sapamu
Hitam panjang gerai merumbai rambutmu
Nan bening tajam pancaran sinar matamu
Luluhkan hati hingga larut dalam rasaku

Dan, keningku berkerut mata melanglang
Menatap nanar pada lintas bayang-bayang
Yang tiada mau sirna terus saja melintang
Bentang kembali memori yang lama hilang

Hari-hari terasa nian kulalui teramat sepi
Desir-desir angin malam terpa relung hati
Menyentuh, menyapa bayang-bayang sunyi
Terus gelinyang di mata tak jua mau pergi

Mataku tak jemu-jemu menatap bayangmu
Yang masih mengajak aku bersenda gurau
Melukis indah kisah kasih kita masa dulu
Bergantung lestari  abadi di relung kalbu

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 16 Juli 2016 – 05:00 WIB
 



“KAU MEMANG MELANKOLIS”
Karya: Ki Slamet 42

Aku sudah lama mengenal dan memahamimu
Dengan  kepribadianmu  yang  melankolis itu
Karenanya aku pun apa adanya menerimamu
Dengan segala kelebihan dan kekuranganmu

Aku sangat suka kau nampak begitu anggun
Berpenampilan pendiam tapi  suka melamun
Berwajah cantik menarik  bertutur  santun
Hidupmu teratur bersikap sopan menuntun

Cara pikirmu jelas tanda kau wanita cerdas
Tampak anggun pintar bergaun pun berhias
Atur keuangan darilah minus jadilah ngepas
Pintar menata ruang mengacu estetika khas

Aku sukalah kau  berkepribadian melankolis
Meski maunya menang sendiri bersikap egois
Tak suka kelakar pun bertengkar lalu nangis
Emosional  rasa paling benar  sering  histeris

Tapi bagiku  kurangmu  adalah kelebihanmu
Segala yang  ada  dalam dirimu  jiwa ragamu
Semua  yang  ada padamu  aku menyukai itu
Sebab kau seutuhnya menjadi pilihan hatiku

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 17 Juli 2016 – 04:58 WIB
 



“MERAJUT KENANGAN”
Karya : Ki Slamet 42

Pabila masihlah ada kenangan indah kita dulu
Yang  menghias di lembar dasar lubuk hatimu
Aku harap itu jadi lukisan penghias hidupmu
Yang bergantung indah terpampanglah selalu
Lukisan tentang kita dalam bercita-cita satu
Mengarungi samudera menuju mahligai semu

Jika memang masihlah ada kenangan kita itu
Terukir di dalam qalbumu semakin membatu
Dan, karenanya kau merasa sakit tergganggu
Kau tempalah hingga sakit tiada lagi berlagu
Meskipun hatiku ini pedih perih terasa ngilu
Sebab aku masih ingin merajut kenangan itu

Ya, kuingin merajutnya meski cuma anganku
Yang aku pahami itu garis hidupmu dan aku
Yang  jadi romantika  hidupku dan hidupmu
Yang kita lewati di jalan penuh onak berliku
Tiada bisa kita lewati sebab sudah tertentu
Jalan hidup kita adalah tak bisalah bersatu

Meski begitu aku bahagia akan kenanganku
Yang menemani hari-hariku di setiap waktu
Di saat rasa sunyi sepi selimuti atma jiwaku
Di saat duka lara mengais-ngais rasa hatiku
Bahkan di saat rasakan suka dan bahagiaku
Kenangan indah itu selalu setia temani aku

Aku tahu kenangan indah saat bersamamu
Memang tiada bisa kusirnakan dari atmaku
Setiap kali aku coba malah rasa lara jiwaku
Maka aku menyadari kenangan bersamamu
Adalah bahagian tak terpisah dari hidupku
Dan aku harus terus merajut kenangan itu

Bumi Pangarakan, Bogor
Selasa, 14 Juli 2016 – 13:35 WIB
 



“KETIKA KITA JATUH TERSUNGKUR”
Karya : Ki Slamet 42

Ketika kita terjerambab jatuhlah tersungkur
Tumbuhkan energi untuk bangkit menggusur
Segala rintangan yang menhalang mengglasur
Jangkit rasa sakit  yang masih saja menyusur
Tiadalah perlu dirasakan atau pun ditelusur

Tetapi terkadang putus asa datang berbaur
Bersama sang Iblis berkasak-kusuk bertutur
Menggoda ajak kita berbuat laku ngelantur
Tidur mendengkur mimpi di amben berkasur
Kembara  di alam bayang-bayang semu absur

Ketika kita terbujuk tutur sejuk mengguyur
Dari ajakan sang Iblis  perusak  penghancur
Maka sirna tatanan ajaran religi nan terukur
Atma rasa jiwa raga masuk ke lubang lumpur
Terjerat kuat  tali-temali dosa  berlapis lulur

Apabila ada dalam diri keyakinan menduwur
Berbekal semangat yang tiada pernah luntur
Giat bermunajat pada  Sang Maha Pengatur
Insya Allah rasa sakit pasti kan berlari kabur
Jatuh ke dalam lubang sumur mati terkubur

Maka  bertawakallah pada Tuhan Al-ghoffur
Karena hanya Dia Allah Sang Maha Pengatur
Yang  tentukan hidup mati insan semua umur
Tanpa bisa lagi  dihalangi  atau pun dimundur
Maha Penyembuh Pemberi obat paling manjur

Bumi Pangarakan, Bogor
Selasa, 12 Juli 2016 – 10:05 WIB
 



“DI BALIK KEMACETAN MUDIK LEBARAN”
Karya : Ki Slamet 42

Di saat kita pulang kampung mudik lebaran
Ketika  alami kemacetan kendaraan di jalan
Ketika ratusan,  bahkan  ribuan kendaraan
Nyaris tiada bergerak  di hadapan  stagnan
Seharian gelut di arena kemelut kemacetan
Tentu itu bangkitkan rasa jenuh dan bosan

Tapi meski hati kita rasa emosi gegeregetan
Dan  suasana hati  jadi  dirasuki kemarahan
Kita meski mampu kelola hati yang demikian
Karena di sana ada terkandunglah pelajaran
Yang bisa  tempa jiwa  jadi penuh kesabaran
Apalagi di saat sasi suci di bulan Ramadhan

Ketika kita  sampailah  di kampung  halaman
Hangatnya rasa hati berselimut kebahagiaan
Jumpa orang tua sanak kadang handai tolan
Terkenang di masa silam saat bersama teman
Berlarian di pematang sawah  senda gurauan
Berenanglah di sungai berjemur di bebatuan

Meski di kampung halaman cumalah sepekan
Namun perasaan tenteram penuh kedamaian
Luluhkan segala sikap ego penuh kedumehan   
Merebakkan sifat asih penuh kedermawanan
Kepada semua kerabat dan para lemah insan
Dengan berbagi  sedikit rizki  halalan toyiban

Jadi adalah makna positif di balik kemacetan
Saat kita mudik lebaran di kampung halaman
Tempa jiwa penuh toleransi  dan keempatian
Melatih emosi diri untuk geliatkan kesabaran
Yang mampu  sebar pancarkan sifat kebaikan
Ngacu ajaran Muhammad Nabi Akhir Zaman

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 10 Juli 2016 – 17:45 WIB