Denmas Priyadi Blog│Kamis, 18 April 2013│08:05 WIB
Ki Hajar Dewantara masa muda ( 2 Mei 1889-26 April 1959) |
SETIAP
tahun pada tanggal 2 Mei, Institusi Pendidikan, khususnya di jajaran Kemendiknas
secara nasional memperingati “Hari
Pendidikan Nasional”. Pertanyaannya adalah mengapa peringatan Hari Pendidikan
Nasional itu diperingati pada 2 Mei? Jawabannya
tentu kita sudah tahu. Akan tetapi mungkin saja di antara kita banyak yang sudah
lupa atau bahkan mungkin tidak tahu dan tidak mengenalnya siapa sosok Ki Hajar
Dewantara.
Nah,
melalui tulisan inilah saya berupaya untuk membangkitkan kembali ranah kognitif
kita memunculkan kembali ingatan kita pada sosok Ki Hajar Dewantara yang
fenomenal itu. Tentu saja dalam rangka menghormati, mengenang jasa, dan
meneladani sepak terjang serta perjuangan beliau yang begitu keras bagi
kemajuan bangsa Indonesia khususnya dalam dunia Pendidikan Nasional kita.
Menurut
sejarahnya, Ki Hajar Dewantara dilahirkan di kota budaya yang dikenal juga
dengan sebutan kota pelajar, Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama
Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Ayahnya adalah seorang Pangeran bernama “Pangeran Suryaningrat” putra Paku Alam
ke-4 dari Yogyakarta.
Selepas
lulus sekolah dasar Belanda “ELS” ( Europesche
Largere School ), beliau melanjutkan ke Sekolah Guru juga ke STOVIA. Akan tetapi
di sekolah ini Ki Hajar Dewantara tidak bisa menyelasaikan studinya sampai
selesai karena bea siswa yang diperolehnya dihentikan alias dicabut karena
gagal dalam mengikuti ujian kenaikan tingkat.
Pelajaran
yang bisa kita peroleh dari keteladanan beliau adalah pada sikap tegar tak
kenal putus asa, meskipun beliau gagal dalam ujian, dan oleh karena itu pula bea
siswanya sampai dicabut atau dihentikan,
beliau sama sekali tidak kecewa, tidak putus asa bahkan tetap tegar menghadapinya.
Hal ini dibuktikannya dengan aktif dalam kegiatan menulis yang lebih intens dalam
organisasi pergerakan pemuda yang sebelumnya memang sudah digelutinya.
Beberapa
tulisan beliau banyak menjadi pembicaraan dalam mesyarakat, bahkan dua buah
tulisannya yang berisi kritikan terhadap pemerintah Kolonial belanda mendapat
perhatian khusus. Kedua tulisan itu diberi judul, “Als Ik Een NederlanderWas” (Seandainya Aku Seorang Belanda), dan “Een Voor Allen maar Ook Allen voor Een” (Satu
untuk Semua, Namun Semua untuk Satu Jagad).
Selain
aktif menulis dan bekerja di sebuah Apotek Rathkamp, Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara
pun aktif dalam berorganisasi. Beliau masuk organisasi “Boedi Oetomo” berada dalam divisi propaganda. Bersama-sama dengan
Danudirja, Setyabudi, dan Cipto Mangunkusumo mendirikan “IP” (Indische Partij di Bandung.
Terlalu
keras dan dianggap banyak menyulitkan pemerintah kolonial Belanda, ketiganya
pun ditangkap dan diasingkan ke Negeri Belanda selama 6 tahun. Akan tetapi yang
namanya Ki Hajar Dewantara memang memiliki sikap ketegaran yang luar biasa. Ia
pantang menyerah dan terus berjuang keras membangun jiwa, membangun karakter
bangsa. Di Negeri Belanda ini beliau memanfaatkan waktu luangnya dengan mengasah
terus wawasan inteletualnya dengan belajar ilmu pendidikan sampai akhirnya
memperoleh “Akta Guru Eopa” (Euroopeesche
Akte).
Selepas
pulang dari pengasingan selama 6 tahun dan memperoleh Akta Guru Eropa, Ki Hajar
Dewantara mendarmabaktikan keilmuannya menjadi Guru di sekolah yang didirikan
oleh sahabatnya Soeryopranoto. Di sekolah ini ia tetap berjuang keras untuk
membangun jiwa, membangun karakter bangsa dengan berbagai pandangan-pandangan
hidup dan pemikiran-pemikirannya yang berkait dengan karakter bangsa. Sampai pada
akhirnya beliau Ki Hajar Dewantara mendirikan “Perguruan Nasiona Tamansiswa” (Onderwijs Institut Tamansiswa) pada
tanggal 3 Juli 1922.
Karena
ketokohannya dalam dunia pendidikan menjadikan beliau, Ki Hajar Dewantara dipercaya
dan ditunjuk menjadi salah satu anggota PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) di era
penjajahan Jepang. Beliau juga dipercaya terpilih sebagai Menteri Pengajaran
Kabinet Pertama Republik Indonesia pada tanggal 2 September 1945. Beliau, Ki
Hajar Dewantara terus berkiprah, berjuang tak kenal lelah dan putus asa,
membangun jiwa, membangun karakter bangsa lewat pendidikan hingga pada akhir
hayatnya. Ajaran Ki Hajar Dewantara yang sampai sekarang tetap terpatri di
setiap jiwa para pemimpin dan teerutama para guru adalah “Ing Ngarso Sung Tulodo” (di depan menjadi teladan), “Ing Madyo Mangun
Karso” (di tengah membangun dan membangkitkan karsa), “Tut wuri Handayani” (di
belakang memberi dorongan semangat dan motivasi) Beliau, Ki Hajar Dewantara
akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan
dimakamkan di Pemakaman Wijayabrata, Yogyakarta. Oleh karena jasanya Pemerintah
Republik Indonesia menganugerahi beliau sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional
tahun 1959. Dan, hari lahirnya pun diperingati sebagai “HARI PENDIDIKAN
NASIONAL”.
Sebagai
rasa hormat dan sumbangsih penulis pada keteladan sikap, sepak terjang, dan perjuangan
beliau serta untuk mengenang dan mengabadikan jasa-jasa beliau, penulis
menciptakan satu lagu yang penulis beri judul “Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara”.
Bapak Pendidikan Nasional
Ki Hajar Dewantara (Mei 1989-April
1959)
Karya: Drs. Slamet Priyadi
E = do
4/4 Moderato
Cipt: Drs. Slamet Priyadi
__
__ __ __
1 |
6 4 3
2 3 4
| 5 3
2 1 5
| 6 6 7 1 2
| 5 . 0
• •
• • •
Bapak pendidikan nasional
Ki Hajar Dewantara
__ __ __ __ __
5
| 5 4
3 2 3
4 | 5
3 2 1 1 5
| 6 6 7 1 3
| 2 . 0
•
• • • •
Berjuang
keras membangun jiwa membangun karakter bangsa
__
__ __ __
1 |
6 4 3
2 3 4
| 5 3
2 1 5
| 6 6 7 1 2
| 5 . 0
•
• • • •
Bapak Pendidikan Nasional
Ki Hajar Dewantara
__ __ __ __
5 | 5 4 3 2
3 4 | 5 2 3 1 5 | 6 1 7 3 2 | 1
. 0
• • •
•
Ajarannya menjadi teladan bagi kita semua
REFF REIN :
•___
__ __ __
1 7 | 6 5 3 1
| 5 . . 4 3 | 2 2 3 4 3 4 | 5 . 0
Ing ngarso sung tulododidepan
menjadi teladan
•___ __ __
1 7 | 6 5 3 1
| 5 . . 4 3 | 2 3
4 6 4
| 5 . 0
Ing madyo mangun karso di tengah membangun karsa
•__
___
1 7
| 6 5 3 1 | 5 . . 4 3 | 2 4 6 4 |
5 . 0
Tutwuri handayani dibelakang memberi
__ ___ ___ __
4 3 | 2 2 3 4 3 4 7 |
1 . 0 ||
•
Dorongan smangat dan motivasi
Penulis:
Slamet Priyadi di Kp.
Pangarakan - Bogor
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar