Sang Maestro Sri Hadhy bersama Jusuf Kala |
Blog Slamet Priyadi –
Kamis, 15 Agustus 2013 – 14:52 WIB - Pelukis yang satu ini tangdangnya di jagad kesenilukisan
Indonesia, memang sudah dikenal secara luas baik nasional maupun
internasional. Dialah Sri Hadhy yang
dilahirkan di kota kecil Purwodadi terletak di antara Surakarta, Demak dan
Blora pada 18 Desember 1943. Minat dan
bakat Sri Hadhy terhadap seni lukis begitu besar. Maka dia mengembangkan bakat
seni lukisnya itu dengan belajar melukis selama satu tahun di Himpunan Budaya
Surakarta yang dibimbing oleh Dr. Moerdowo. Kemudian kembali melanjutkan
belajar seni lukis ke Akademi Kesenian Surakarta (AKS). Pada tahun 1962, Sri
Hadhy kembali memperdalam seni lukisnya ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI)
Yogyakarta. Di sana ia dibimbing langsung oleh pelukis ternama Abas
Alibasyah.
Sudah berbagai macam pengalaman dan romantika berkesenian
dilaluinya. Merasa jenuh di dalam negeri, Sri Hadhy melakukan perjalanan
keliling Asia selama 3 tahun. Menjadi pengajar seni lukis di Kuala Lumpur,
Malaysia. Pada 1972, dengan berbasis di Den Haag, Belanda, Sri Hadhy keliling
Eropa dan Afrika Utara. Di Den Haag ia kembali memperdalam ilmu seni di Vrije
Acadenie voor Beeldende Kunsten de Vrije Academie Psychopolis. Sebagai seniman
lukis yang konsisten dengan keprofesionalannya itu, Sri Hadhy sudah ratusan
kali berpameran tunggal di dalam maupun luar negeri. Belum lagi dengan pameran
bersama dengan para pelukis ternama lainnya yang sudah tak terhitung berapa
kali diikutinya.
Karya-karya lukis Sri Hadhy merupakan rekaman keadaan
lingkungan dan fakta di lapangan yang diramu dengan subyektifitas estetika
serta pemikiran dan pendapat beliau atas fakta tersebut. Sehingga apabila
sepintas menyimaknya kita tidak akan menemukan makna dan arti yang terkandung dalam
karya-karya lukisannya itu. Seperti peristiwa biasa saja yang semuanya itu ada
dan banyak terjadi di lingkungan sosial masyarakat. Simak saja lukisan cat
minyak di atas kanvas berukuran 90 x 90 cm yang diberi judul “Jago Tarung” yang dibuat tahun 2006. Makna yang terkandung dalam lukisan tersebut
sesungguhnya adalah dalam persaingan yang ketat di era global sekarang ini,
kekuatan (kejagoan) menjadi unsur yang dominan. Tanpa kekuatan atau kejagoan
maka kita akan menjadi bangsa yang kalah. Simak juga lukisan cat minyak di atas
kanvas berukuran 80 x 80 cm yang diberi judul “Alphen”. Menggambarkan kepada kita bahwa untuk mencapai reputasi
yang tinggi seperti tingginya pegunungan Alphen memang diperlukan semangat
juang yang tinggi dan tak kenal kata menyerah.
Semua karya-karya lukisan Sri Hadhy memiliki gaya yang khas.
Sapuan kuas dengan paduan pisau palet dan harmonisasi warna-warna yang demikian
semarak memantulkan estetika dan rasa emphatic pada setiap individu penikmatnya.
Dan, itu membuktikan bahwa beliau adalah salah satu sang maestro pelukis
Indonesia selain Affandi, Sudjoyono, Basuki Abdullah, dan lainnya.
Penulis:
Slamet Priyadi
Pangarakan, Bogor