"WAJAH-WAJAH ITU
KEMBALI SUMRINGAH”
KEMBALI SUMRINGAH”
Karya : Ki Slamet 42
Geliat sang Surya itu makin keras meronta berang
Cahaya panasnya buat perut bumi merasa gamang
Sebab tak bisa lagi pancarkan air ke pintu lawang
Cahaya panasnya buat perut bumi merasa gamang
Sebab tak bisa lagi pancarkan air ke pintu lawang
Alam tetumbuhan menjadi kian kering kerontang
Dedaunan di ranting pohon berguguran melayang
Tiada lagi warna segar kehijauan hias terpampang
Menghampar di persada bumi Garuda Ngelayang
Bumi Pertiwiku kini tak lagi berwajah sumringah
Kulit tanah keriput, pecah berbongkah-bongkah
Tiada ada lagi lelaki petani yang membajak sawah
Tiada ada lagi lelaki petani yang membajak sawah
Karena tanah pematang kerontang lenyap basah
Katak bangkong tak nyanyi cuma bisa mendesah
Burung bangau, dan emprit pun tak mau singgah
Semuanya berduka, berganti harap kian melelah
Kecemasan, kegalauan, ketakutan menteror rasa
Kedamaian sirna, jiwapun semakin gundah gulana
Membelenggu mengikat kuat lingkaran batas usia
Duka mencuat, sedih berpamrih, klimaks berdoa
Berharap kasih Tuhan, akanlah lembut menyapa
Lewat pancar sinarSurya, suburkan bumi sada
Yang bertanah warna merah berwajah duka lara
Dan, wajah-wajah kembali sumringah penuh ceria
Di saat keinginan, dan harapan itu menjadi nyata
Hujan turun lebat membahana, deras menggelora
Sirami mandi Sang Dewi Pertiwi di bumi maniloka
Kesuburan, kehijauan alam, kembali hiasi persada
Mengukir relief-relief indah di lubuk hati bahagia
Curahan ekspresi, ejawantah suasana dalam jiwa
Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 19 September 2015-WIB
"PUISI-PUISI SLAMET PRIYADI": WAJAH-WAJAH ITU KEMBALI SUMRINGAH” Karya : Ki Sla...: "WAJAH-WAJAH ITU KEMBALI SUMRINGAH” Karya : Ki Slamet 42 Geliat sang Surya itu makin keras meronta berang Cahaya pa...