Blog Ki Slamet : Inilah Karyaku Minggu, 14 Agustus 2016 - 07:05 WIB
Ki Slamet 42 |
“TERIMAKASIH YA, ALLAH”
Karya
: Ki Slamet 42
Hanyalah
kepada-Mu Ya Allah aku menyembah
Lewat
segala tingkah laku, amal dan beribadah
Kaulah
Penciptaku yang berikan daku hidayah
Hingga
aku kembali bisa menjalankan perintah
Membakar
dosa-dosa yang masihlah berlimpah
Bersemayam
di dalam jiwaku ba’ bukit sampah
Betapa
kasih-Mu, tiadalah terhingga Ya, Allah
Kau
ingatkan aku, saat dosaku melimpah ruah
Tidur
mendengkur berselimutkan lupa marwah
Bergelimang
kesenangan harta yang tak berkah
Yang
terus saja merambah semakin bertambah
Hingga
Engkau sadarkanlah aku lewat hidayah
Hanyalah
kepada-Mu Ya Allah aku menyembah
Lewat
sholatku lewat segala tingkah beribadah
Jangan
Kau cabut hidayah ini dariku Ya, Allah
Agar
aku bisa jalani perintahmu di segala ranah
Membaca
kalam-Mu berdoa, zikir dan berserah
Tempatku
mengadu sirnakan atma nan gundah
Terimakasih
atas segala hidayah-Mu Ya, Allah
Kau
peringatkan aku di penghujung usia galah
Atas
kehendak-Mu aku tiadalah menjadi kalah
Yakni
orang-orang yang merugi banyaklah salah
Insan
yang terus lakukan dosa, maksiat kaprah
Dibelenggu
kuat jerat penggoda Iblis Gomorah
Kini
aku rasakan damai jiwa yang terus sesorah
Berserah
jiwa di dalam hening sujud pada Allah
Bersyukur
atas kasih dan rahmat serta hidayah
Allah
Maha Pencipta zat yang patut disembah
Bagi
insan semesta, makhluk ciptaan nan lemah
Belenggulah
aku dengan hidayah-Mu Ya, Allah
Bumi Pangarakan,
Bogor
Minggu, 31 Juli 2016 – 10:53 WIB
Minggu, 31 Juli 2016 – 10:53 WIB
“KONON CERITA ALAM PUN MURKA”
Karya:
Ki Slamet 42
Di
sepanjang hari di beberapa pekan minggu
ini
Dari
pagi, siang, sore hingga jelang petang hari
Sinar
terik sang Mentari serasa membakar bumi
Cahayanya
silaukan mata hingga kernyitkan dahi
Panasnya
membuat tubuh rasa nyeri tak terperi
Bagai
terpanggang didalam panasnya tungku api
Belantara
pun kering kerontang tak lagi berseri
Tanah
sawah pecah berbongkah padi pun mati
Sebab tak ada air irigasi yang bisa lagi mengaliri
Sungai
pun kering, yang tersisa hanya batu kali
Berhias
bermenung diri berkisah dalam prasasti
Tentang
alam yang lirih merintih rasa perih hati
Maka
terjadilah banjir, longsor, lini gempa bumi
Bala
musibah melanda hampir di seluruh negeri
Deraslah
mengalir air mata duka nestapa jiwani
Menggenang
di dalam kubangan penyesalan diri
Merasa
kecewa berprasangka buruk pada Ilahi
Lalu
berkata, “Tuhan kenapa beri musibah ini ?”
Kononlah
cerita mengapa semuanya bisa terjadi?
Sebabnya
Dewa Surya Dewa Indra Dewi Pertiwi
Hatinya
sangat kecewa, pun teramat sakit hati
Sebab
di bumi banyak manusia lupa ajaran
religi
Berakrablah
diri dengan Iblis, tega berbuat keji
Menjerat, menipu, korupsi, perkaya diri sendiri
Tanpa
rasa kemanusiaan membunuh secara keji
Bayi
kecil mungil diberi suntikan vaksin
imitasi
Wanita
diperkosa sesuka hati lalu dibunuh mati
Merampok,
membegal, lakukan teror di sana-sini
Berghibah,
menggunjing, memfitnah jadilah hobi
Tak
peduli yang penting semua tujuan terpenuhi
Bumi
Pangarakan, Bogor
minggu, 17 Juli 2016 – 10:41 WIB
minggu, 17 Juli 2016 – 10:41 WIB
"MENATAP BAYANG-BAYANG"
Karya
: Ki Slamet 42
Sumeringahmu nan lembut tutur sapamu
Hitam panjang gerai merumbai rambutmu
Nan bening tajam pancaran sinar matamu
Luluhkan hati hingga larut dalam rasaku
Dan, keningku berkerut mata melanglang
Menatap nanar pada lintas bayang-bayang
Yang tiada mau sirna terus saja melintang
Bentang kembali memori yang lama hilang
Hari-hari terasa nian kulalui teramat sepi
Desir-desir angin malam terpa relung hati
Menyentuh, menyapa bayang-bayang sunyi
Terus gelinyang di mata tak jua mau pergi
Mataku tak jemu-jemu menatap bayangmu
Yang masih mengajak aku bersenda gurau
Melukis indah kisah kasih kita masa dulu
Bergantung lestari
abadi di relung kalbu
Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 16 Juli 2016 – 05:00 WIB
Sabtu, 16 Juli 2016 – 05:00 WIB
“KAU MEMANG MELANKOLIS”
Karya: Ki Slamet 42
Karya: Ki Slamet 42
Aku
sudah lama mengenal dan memahamimu
Dengan kepribadianmu yang melankolis itu
Karenanya aku pun apa adanya menerimamu
Dengan segala kelebihan dan kekuranganmu
Dengan kepribadianmu yang melankolis itu
Karenanya aku pun apa adanya menerimamu
Dengan segala kelebihan dan kekuranganmu
Aku
sangat suka kau nampak begitu anggun
Berpenampilan pendiam tapi suka melamun
Berwajah cantik menarik bertutur santun
Hidupmu teratur bersikap sopan menuntun
Berpenampilan pendiam tapi suka melamun
Berwajah cantik menarik bertutur santun
Hidupmu teratur bersikap sopan menuntun
Cara
pikirmu jelas tanda kau wanita cerdas
Tampak anggun pintar bergaun pun berhias
Atur keuangan darilah minus jadilah ngepas
Pintar menata ruang mengacu estetika khas
Tampak anggun pintar bergaun pun berhias
Atur keuangan darilah minus jadilah ngepas
Pintar menata ruang mengacu estetika khas
Aku
sukalah kau berkepribadian melankolis
Meski
maunya menang sendiri bersikap egois
Tak
suka kelakar pun bertengkar lalu nangis
Emosional rasa paling benar sering histeris
Emosional rasa paling benar sering histeris
Tapi
bagiku kurangmu adalah kelebihanmu
Segala
yang ada dalam dirimu
jiwa ragamu
Semua yang ada padamu
aku menyukai itu
Sebab
kau seutuhnya menjadi pilihan hatiku
Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 17 Juli 2016 – 04:58 WIB
Minggu, 17 Juli 2016 – 04:58 WIB
“MERAJUT KENANGAN”
Karya
: Ki Slamet 42
Pabila
masihlah ada kenangan indah kita dulu
Yang menghias di lembar dasar lubuk hatimu
Aku
harap itu jadi lukisan penghias hidupmu
Yang
bergantung indah terpampanglah selalu
Lukisan
tentang kita dalam bercita-cita satu
Mengarungi
samudera menuju mahligai semu
Jika
memang masihlah ada kenangan kita itu
Terukir
di dalam qalbumu semakin membatu
Dan,
karenanya kau merasa sakit tergganggu
Kau
tempalah hingga sakit tiada lagi berlagu
Meskipun
hatiku ini pedih perih terasa ngilu
Sebab
aku masih ingin merajut kenangan itu
Ya,
kuingin merajutnya meski cuma anganku
Yang
aku pahami itu garis hidupmu dan aku
Yang
jadi romantika hidupku dan hidupmu
Yang
kita lewati di jalan penuh onak berliku
Tiada
bisa kita lewati sebab sudah tertentu
Jalan
hidup kita adalah tak bisalah bersatu
Meski
begitu aku bahagia akan kenanganku
Yang
menemani hari-hariku di setiap waktu
Di
saat rasa sunyi sepi selimuti atma jiwaku
Di
saat duka lara mengais-ngais rasa hatiku
Bahkan
di saat rasakan suka dan bahagiaku
Kenangan
indah itu selalu setia temani aku
Aku
tahu kenangan indah saat bersamamu
Memang
tiada bisa kusirnakan dari atmaku
Setiap
kali aku coba malah rasa lara jiwaku
Maka
aku menyadari kenangan bersamamu
Adalah
bahagian tak terpisah dari hidupku
Dan
aku harus terus merajut kenangan itu
Bumi Pangarakan, Bogor
Selasa, 14 Juli 2016 –
13:35 WIB
“KETIKA KITA JATUH TERSUNGKUR”
Karya
: Ki Slamet 42
Ketika
kita terjerambab jatuhlah tersungkur
Tumbuhkan
energi untuk bangkit menggusur
Segala
rintangan yang menhalang mengglasur
Jangkit
rasa sakit yang masih saja menyusur
Tiadalah
perlu dirasakan atau pun ditelusur
Tetapi
terkadang putus asa datang berbaur
Bersama
sang Iblis berkasak-kusuk bertutur
Menggoda
ajak kita berbuat laku ngelantur
Tidur
mendengkur mimpi di amben berkasur
Kembara di alam bayang-bayang semu absur
Ketika
kita terbujuk tutur sejuk mengguyur
Dari
ajakan sang Iblis perusak penghancur
Maka
sirna tatanan ajaran religi nan terukur
Atma
rasa jiwa raga masuk ke lubang lumpur
Terjerat
kuat tali-temali dosa berlapis lulur
Apabila
ada dalam diri keyakinan menduwur
Berbekal
semangat yang tiada pernah luntur
Giat
bermunajat pada Sang Maha Pengatur
Insya
Allah rasa sakit pasti kan berlari kabur
Jatuh
ke dalam lubang sumur mati terkubur
Maka bertawakallah pada Tuhan Al-ghoffur
Karena
hanya Dia Allah Sang Maha Pengatur
Yang
tentukan hidup mati insan semua umur
Tanpa
bisa lagi dihalangi atau pun dimundur
Maha
Penyembuh Pemberi obat paling manjur
Bumi Pangarakan, Bogor
Selasa, 12 Juli 2016 –
10:05 WIB
“DI BALIK KEMACETAN MUDIK LEBARAN”
Karya
: Ki Slamet 42
Di
saat kita pulang kampung mudik lebaran
Ketika alami kemacetan kendaraan di jalan
Ketika
ratusan, bahkan ribuan kendaraan
Nyaris
tiada bergerak di hadapan stagnan
Seharian
gelut di arena kemelut kemacetan
Tentu
itu bangkitkan rasa jenuh dan bosan
Tapi
meski hati kita rasa emosi gegeregetan
Dan suasana hati jadi dirasuki
kemarahan
Kita
meski mampu kelola hati yang demikian
Karena
di sana ada terkandunglah pelajaran
Yang
bisa tempa jiwa jadi penuh kesabaran
Apalagi
di saat sasi suci di bulan Ramadhan
Ketika
kita sampailah di kampung halaman
Hangatnya
rasa hati berselimut kebahagiaan
Jumpa
orang tua sanak kadang handai tolan
Terkenang
di masa silam saat bersama teman
Berlarian
di pematang sawah senda gurauan
Berenanglah
di sungai berjemur di bebatuan
Meski
di kampung halaman cumalah sepekan
Namun
perasaan tenteram penuh kedamaian
Luluhkan
segala sikap ego penuh kedumehan
Merebakkan
sifat asih penuh kedermawanan
Kepada
semua kerabat dan para lemah insan
Dengan
berbagi sedikit rizki halalan toyiban
Jadi
adalah makna positif di balik kemacetan
Saat
kita mudik lebaran di kampung halaman
Tempa
jiwa penuh toleransi dan keempatian
Melatih
emosi diri untuk geliatkan kesabaran
Yang
mampu sebar pancarkan sifat kebaikan
Ngacu
ajaran Muhammad Nabi Akhir Zaman
Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 10 Juli 2016 –
17:45 WIB