Jumat, 15 Maret 2013

Dawud Versus Jalut By Slamet Priyadi



Denmas Priyadi Blog│Sabtu, 16 Maret 2013│12:10 WIB
Dawud Versus Jalut
Ketika kaum Bani Israel dijajah oleh bangsa lain dari negeri seberang dibawah pimpinan Jalut yang berbadan tinggi besar bagaikan raksasa, mengerikan, sakti dan sukar dikalahkan, kaum Bani Israel dipimpin oleh Thalut. Thalut dikenal seorang yang cerdas dan banyak akal serta ahli dalam strategi perang. Oleh rakyatnya ia dipilih menjadi raja atas saran dari Syamuel, seorang Nabi yang memiliki kemampuan melihat ke depan. Setelah dipilih menjadi raja, Thalut memperkuat strategi pertahanan Bani Israel dengan melatih, memperkokoh kembali, serta banyak merekrut para pemuda untuk dijadikan prajurit dan pasukan inti Bani Israel. Banyak para pemuda yang begitu semangat mendaftar untuk menjadi prajurit, tentu saja mereka rela berkorban, berjuang untuk melepaskan belenggu penjajahan yang sudah sekian lama mencengkeram negeri mereka. 
Kabar pendaftaran merekrut para pemuda untuk menjadi prajurit Bani Israel sampai juga ke telinga Yisya di Bethlehem yang memiliki tiga belas orang putra. Yisya memerintahkan kepada putra-putranya untuk mendaftar menjadi prajurit Bani Israel kecuali Dawud karena bertubuh kecil,masih muda belia, tak layak untuk menjadi seorang tentara. Ia hanya diizinkan ayahnya menjadi gembala kambing, pengantar susu dan makanan untuk saudara-saudaranya di medan tempur. 
Ketika Dawud sedang mengantar susu dan makanan untuk saudara-saudaranya di medan tempur, Nabi Syamuel yang memiliki kemampuan untuk melihat ke depan, melihat Dawud seperti apa yang ada dalam benaknya yaitu seorang pemuda yang kelak mampu melepaskan kaum Bani Israel dari belenggu penjajahan. Syamuel segera mendekati Dawud seraya memegang kepalanya, 
“Benar, ada minyak membekas di terompetku ketika kulekatkan di rambutnya!”  Nabi Syamuel segera memanggil Thalut dan berkata,
“Thalut, coba kau  bawa baju besi baja itu ke mari. Apabila Dawud pas dapat memakainya, maka berarti benar, dialah orang yang aku cari, yaitu orang yang mampu mengalahkan Jalut si raksasa itu!” 
Benar saja, ketika baju besi baja itu digunakan oleh Dawud, baju yang terbuat dari besi baja itu seakan menjadi elastis, ringan, mengikuti kemana saja gerakan Dawud. Ia pun segera bergabung dengan prajurit Thalut yang memang sedang berperang dengan prajurit musuh di bawah pimpina Jalut si raksasa yang terkenal dengan kebuasannya dan kesaktiannya itu.
Sementara di medan pertempuran, tentara Bani Israel semakin terdesak. Banyak sudah prajurit Thalut yang tewas, mati terbunuh oleh kebuasan tentara Jalut. Akan tetapi sebagai seorang yang sudah berpengalaman dan ahli dalam strategi perang, Thalut tidak gentar, ia terus memberi semangat kepada semua prajuritnya untuk berjuang sampai titik darah penghabisan dengan mengkomando pasukannya untuk mengadakan serangan balik. Meskipun jumlah prajurit Thalut kalah jauh dibanding pasukan Jalut baik dari segi jumlah maupun persenjataan, Thalut terus menganjurkan kepada semua prajurinya untuk menggunakan kecerdikan dan kecerdasan akalnya, bukan hanya sekedar kekuatan fisik yang jika itu menjadi andalan utama tentu akan mengalami kekalahan total karena pasukan Jalut justru sangat unggul dalam segi kekuatan fisik. 
Memang adalah menjadi fakta di lapangan. Pada waktu itu, pasukan Bani Israel di bawah pimpinan Thalut dan Nabi Syamuel sebagai penasehat pertempuran, memiliki kecerdasan tinggi. Selain itu mereka juga mempunyai semangat tinggi, keteguhan iman dan kekuatan ruhani yang demikian mendalam. Hal seperti inilah yang membuat pasukan Bani Israel tetap mampu bertahan dari gempuran pasukan Jalut yang demikian kuat dan besar. Pasukan Thalut mengadakan serangan balik. Thalut beberapa kali dapat menumbangkan prajurit Jalut dengan pedangnya. Ternyata keberhasilan serangan balik ini adalah berkat adanya kegigihan Thalut yang dibantu oleh salah seorang prajuritnya yang baru bergabung yaitu Dawud. Meskipun Dawud bertubuh kecil dan muda belia, tetapi ia ternyata dikaruniai oleh Allah kekuatan dan kesaktian yang sangat besar bahkan tak mempan senjata tajam. Ia memiliki kekebalan tubuh. Besi baja sekuat apa pun dengan mudah dapat dibuat seperti benda lunak yang bisa dibentuk dengan sesuka hati oleh Dawud. Dengan kesaktiannya inilah Dawud mampu membuat pasukan Jalut menjadi porak poranda.
Menghadapi dan melihat kenyataan pasukannya sudah banyak yang tewas, strategi tempur pasukannya pun sudah demikian kacau porak poranda, Jalut menjadi berang. Dia mengamuk kesana kemari di medan tempur, mengobrak-abrik pasukan Thalut bahkan Thalut nyaris terbunuh oleh pedang Jalut yang demikian besar itu.  Melihat ini Daud pun segera turut membantu Thalut yang sudah demikian terdesak oleh Jalut. Terjadilah perang tanding antara Jalut dan Dawud yang nampak demikian tak seimbang. Jalut dengan badan yang demikian tinggi besar dan Dawud dengan tubuh kecil. Sama seperti Jalut dengan pedang dan tameng besarnya, Dawud juga menggunakan pedang dan tameng kecilnya. Dalam sejarah barat pertempuran antara Jalut dan Dawud ini diidentikkan dengan pertempuran Goliath dan David. Cerita yang menggambarkan pertempuran anak kecil melawan raksasa ganas. Goliath (Jalut), dan David (Dawud). 
Dalam pertempuran antara Jalut dan Dawud ini, tentu sepintas kilas orang akan mengira Dawud akan begitu mudah dapat dikalahkan oleh Jalut. Akan tetapi ternyata fakta dilapangan mengatakan lain, justru Dawud dapat mendesak Jalut. Berulang kali pedang Dawud dapat melukai tubuh Jalut, dan Jalut semakin berang, marah, kecewa, ia mengamuk bagaikan harimau lapar. Ternyata kesaktian dan kekuatan Jalut yang demikian besar itu tak mampu menjatuhkan seorang anak muda belia bertubuh kecil. Keadaan ini menambah marah dan naik pitam Jalut, ia mengeluarkan segenap kekuatan dan kesaktiannya. Suatu ketika pedang Jalut yang demikian besar itu ditebaskan ke tubuh Dawud dan tepat mengenai tubuhnya, meski tak terluka Dawud sempat terhuyung ke belakang akan tetapi tetap berdiri kokoh, siap mengadakan serangan balik. Pada saat itu ia ingat pada senjata andalannya yaitu sejenis ketapel (ambin) dan tiga buah batu yang disimpan di dalam kantong yang didapat dari sungai saat mandi di sungai pada waktu menggembala kambing-kambingnya. Dawud pun berancang-ancang untuk menyerang Jalut dengan senjata ketapel andalannya itu. Melayanglah batu pertama tepat mengenai sasaran mengenai penutup kepala Jalut yang terbuat dari besi dan penutup kepala itu lepas dari kepala Jalut. Jalut tertawa terpingkal-pingkal meremehkan Dawud dengan senjata ketapelnya itu. Jalut terus mendesak Dawud yang terus ke belakang mengambil jarak tembak untuk melepaskan batu ke duanya. Batu kedua pun dilepaskan, dan Praaak! Batu itu tepat mengenai kening Jalut, darah menyembur dari kening Jalut yang terkena batu. Jalut semakin berang terbakar api kemarahannya, ia terus mendesak Dawud. Belum menyadari dan merasakan apa yang terjadi di keningnya, batu ketiga meluncur dengan pesat ditambah dengan tebasan pedang yang begitu cepat melesat membuat Jalut tak berdaya dan kepalanya remuk oleh senjata andalan dan pedang Dawud. Akhirnya Jalut sang raksasa ganas penjajah kaum Bani Israel itu tewas mengenaskan di tangan Dawud. Melihat rajanya telah tewas, pasukan Jalut lari tunggang langgang menyelamatkan diri kembali ke negerinya. Pasukan Bani Israel mengalami kemenangan gemilang dan lepaslah mereka dari belenggu penjajahan yang selama ini mencekeram kebebasan mereka untuk hidup di negerinya sendiri.
Peristiwa terbunuhnya raja Jalut oleh Dawud membuat raja Thalut semakin mengagumi Dawud. Thalut dan para pasukannya hampir tidak mempercayai jika tidak melihatnya sendiri. Bagaimana seorang anak muda dengan tubuh sekecil itu dengan mudah bisa mengalahkan Raja Jalut yang sangat kesohor akan kesaktiannya di pelosok negeri itu. Atas jasanya menyelamatkan Bani Israel dari gempuran musuh dan cengkeraman penjajah Dawud pun diangkat menjadi panglima perang Bani Israel. Rupanya kematian mengenaskan Jalut membuat sisa-sisa pasukan Jalut yang dapat menyelamatkan diri itu menyusun kekuatan baru. Mereka membentuk pasukan baru kemudian menyerang kembali pasukan Bani Israel di bawah pimpinan Thalut dengan panglima perang Dawud. Dalam pertempuran ini pasukan Thalut di bawah panglima perang Dawud kembali dapat memenangkan pertempuran mengusir penyerang yang lari kocar kacir dan tunggang langgang. Akan tetapi Dawud tak memberi ampun kepada mereka semua, ia tak mau lagi mereka semua menyusun kekuatan kembali dan menyerang kembali Bani Israel di kemudian hari. Dalam pertempuran yang ke dua ini dipihak pasukan Bani Israel jatuh korban yaitu pimpinan mereka sendiri yaitu Thalut. Kematian Thalut membuat duka nestapa segenap kaum Bani Israel. Thalut menjadi pahlawan Bani Israel. Kemudian tampuk perintahan diwariskan  pada putra mahkota anak tertua Thalut. Akan tetapi di bawah pemerintahan anak-anak Thalut, pemerintahan bukan menjadi baik dan sejahtera, melainkan malah menjadi tak terkendali, korupsi semakin meraja lela, jalannya pemerintahan menjadi kacau balau di semua lini. Pendek kata pemerintahan Bani Israel di bawah kekuasaan putra Thalut menjadi semrawut. 
Melihat kaum Bani Israel sudah betul-betul di ambang kehancuran, Dawud pun mengambil alih kekuasaan dari tangan anak Thalut yang korup tersebut. Terjadilah perang kekuasaan, dan terjadi pertempuran antara pasukan pendukung Dawud dan pasukan kerajaan pendukung anak Thalut. Pada akhirnya pasukan Dawud dapat membasmi pasukan anak Thalut, dan Dawud pun dinobatkan menjadi raja kaum Bani Israel, memerintah dengan secara bijaksana,seadil-adilnya. Dalam sejarah, kaum Bani Israel di bawah pimpinan Dawud menjadi negeri yang subur dan sejahtera, gemah ripah loh jinawi karena dipimpin oleh seorang raja yang tegas, jujur, adil, dan berwibawa. Selain menjadi seorang raja, Dawud juga seorang nabi yang sekaligus Rasul Allah dengan Kitab Suci Zabur sebagai acuan dalam mengelola pemerintahan dan syareat kemanusiaan. Kitab Zabur merupakan pegangan hidup bagi Nabi Dawud dan umatnya kaum Bani Israel dalam mengarungi kehidupan yang baik dan mulia. Nabi Dawud As selain Rasul juga diberikan kemampuan kesaktian yang sukar bandingannya. Ia diberikan kekuatan bisa melunakkan besi baja sekeras apapun. Di tangannya besi baja menjadi elastic dan dapat dibentuk menjadi bentuk apa saja sesuai yang dikehendaki.
Nabi Dawud As adalah seorang raja, seorang nabi sekaligus Rasul Allah yang memiliki kesaktian tiada tara, sakti mandraguna, memiliki kemampuan linuwih yang tinggi oleh karena rajin bertirakat.Dikenal  tirakatan Dawud  yaitu puasa tirakat yang sering dilakukan oleh Nabi Dawud dalam waktu yang cukup lama yaitu puasa secara selang-seling, sehari puasa sehari tidak. Begitu seterusnya. 

Referensi:
M.Arief Hakim. “Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul”. Bandung 2003: Penerbit Marja
Penulis:
Slamet Priyadi di Pangarakan - Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar