Denmas Priyadi
Blog│Sabtu, 16 Maret 2013│12:10 WIB
Dawud Versus Jalut |
Ketika kaum Bani Israel
dijajah oleh bangsa lain dari negeri seberang dibawah pimpinan Jalut yang berbadan tinggi besar
bagaikan raksasa, mengerikan, sakti dan sukar dikalahkan, kaum Bani Israel dipimpin
oleh Thalut. Thalut dikenal seorang yang cerdas dan banyak akal serta ahli
dalam strategi perang. Oleh rakyatnya ia dipilih menjadi raja atas saran dari Syamuel,
seorang Nabi yang memiliki kemampuan melihat ke depan. Setelah dipilih menjadi
raja, Thalut memperkuat strategi pertahanan Bani Israel dengan melatih,
memperkokoh kembali, serta banyak merekrut para pemuda untuk dijadikan prajurit
dan pasukan inti Bani Israel. Banyak para pemuda yang begitu semangat mendaftar
untuk menjadi prajurit, tentu saja mereka rela berkorban, berjuang untuk
melepaskan belenggu penjajahan yang sudah sekian lama mencengkeram negeri
mereka.
Kabar pendaftaran
merekrut para pemuda untuk menjadi prajurit Bani Israel sampai juga ke telinga
Yisya di Bethlehem yang memiliki tiga belas orang putra. Yisya memerintahkan
kepada putra-putranya untuk mendaftar menjadi prajurit Bani Israel kecuali
Dawud karena bertubuh kecil,masih muda belia, tak layak untuk menjadi seorang
tentara. Ia hanya diizinkan ayahnya menjadi gembala kambing, pengantar susu dan
makanan untuk saudara-saudaranya di medan tempur.
Ketika Dawud sedang
mengantar susu dan makanan untuk saudara-saudaranya di medan tempur, Nabi
Syamuel yang memiliki kemampuan untuk melihat ke depan, melihat Dawud seperti
apa yang ada dalam benaknya yaitu seorang pemuda yang kelak mampu melepaskan
kaum Bani Israel dari belenggu penjajahan. Syamuel segera mendekati Dawud
seraya memegang kepalanya,
“Benar,
ada minyak membekas di terompetku ketika kulekatkan di rambutnya!” Nabi Syamuel segera memanggil Thalut dan
berkata,
“Thalut,
coba kau bawa baju besi baja itu ke
mari. Apabila Dawud pas dapat memakainya, maka berarti benar, dialah orang yang
aku cari, yaitu orang yang mampu mengalahkan Jalut si raksasa itu!”
Benar saja, ketika baju
besi baja itu digunakan oleh Dawud, baju yang terbuat dari besi baja itu seakan
menjadi elastis, ringan, mengikuti kemana saja gerakan Dawud. Ia pun segera
bergabung dengan prajurit Thalut yang memang sedang berperang dengan prajurit
musuh di bawah pimpina Jalut si raksasa yang terkenal dengan kebuasannya dan
kesaktiannya itu.
Sementara di medan
pertempuran, tentara Bani Israel semakin terdesak. Banyak sudah prajurit Thalut
yang tewas, mati terbunuh oleh kebuasan tentara Jalut. Akan tetapi sebagai
seorang yang sudah berpengalaman dan ahli dalam strategi perang, Thalut tidak
gentar, ia terus memberi semangat kepada semua prajuritnya untuk berjuang
sampai titik darah penghabisan dengan mengkomando pasukannya untuk mengadakan
serangan balik. Meskipun jumlah prajurit Thalut kalah jauh dibanding pasukan
Jalut baik dari segi jumlah maupun persenjataan, Thalut terus menganjurkan
kepada semua prajurinya untuk menggunakan kecerdikan dan kecerdasan akalnya,
bukan hanya sekedar kekuatan fisik yang jika itu menjadi andalan utama tentu
akan mengalami kekalahan total karena pasukan Jalut justru sangat unggul dalam
segi kekuatan fisik.
Memang adalah menjadi
fakta di lapangan. Pada waktu itu, pasukan Bani Israel di bawah pimpinan Thalut
dan Nabi Syamuel sebagai penasehat pertempuran, memiliki kecerdasan tinggi.
Selain itu mereka juga mempunyai semangat tinggi, keteguhan iman dan kekuatan
ruhani yang demikian mendalam. Hal seperti inilah yang membuat pasukan Bani
Israel tetap mampu bertahan dari gempuran pasukan Jalut yang demikian kuat dan
besar. Pasukan Thalut mengadakan serangan balik. Thalut beberapa kali dapat
menumbangkan prajurit Jalut dengan pedangnya. Ternyata keberhasilan serangan
balik ini adalah berkat adanya kegigihan Thalut yang dibantu oleh salah seorang
prajuritnya yang baru bergabung yaitu Dawud. Meskipun Dawud bertubuh kecil dan
muda belia, tetapi ia ternyata dikaruniai oleh Allah kekuatan dan kesaktian
yang sangat besar bahkan tak mempan senjata tajam. Ia memiliki kekebalan tubuh.
Besi baja sekuat apa pun dengan mudah dapat dibuat seperti benda lunak yang
bisa dibentuk dengan sesuka hati oleh Dawud. Dengan kesaktiannya inilah Dawud
mampu membuat pasukan Jalut menjadi porak poranda.
Menghadapi dan melihat
kenyataan pasukannya sudah banyak yang tewas, strategi tempur pasukannya pun sudah
demikian kacau porak poranda, Jalut menjadi berang. Dia mengamuk kesana kemari
di medan tempur, mengobrak-abrik pasukan Thalut bahkan Thalut nyaris terbunuh
oleh pedang Jalut yang demikian besar itu.
Melihat ini Daud pun segera turut membantu Thalut yang sudah demikian
terdesak oleh Jalut. Terjadilah perang tanding antara Jalut dan Dawud yang
nampak demikian tak seimbang. Jalut dengan badan yang demikian tinggi besar dan
Dawud dengan tubuh kecil. Sama seperti Jalut dengan pedang dan tameng besarnya,
Dawud juga menggunakan pedang dan tameng kecilnya. Dalam sejarah barat
pertempuran antara Jalut dan Dawud ini diidentikkan dengan pertempuran Goliath
dan David. Cerita yang menggambarkan pertempuran anak kecil melawan
raksasa ganas. Goliath (Jalut), dan David (Dawud).
Dalam pertempuran antara
Jalut dan Dawud ini, tentu sepintas kilas orang akan mengira Dawud akan begitu
mudah dapat dikalahkan oleh Jalut. Akan tetapi ternyata fakta dilapangan
mengatakan lain, justru Dawud dapat mendesak Jalut. Berulang kali pedang Dawud
dapat melukai tubuh Jalut, dan Jalut semakin berang, marah, kecewa, ia mengamuk
bagaikan harimau lapar. Ternyata kesaktian dan kekuatan Jalut yang demikian
besar itu tak mampu menjatuhkan seorang anak muda belia bertubuh kecil. Keadaan
ini menambah marah dan naik pitam Jalut, ia mengeluarkan segenap kekuatan dan
kesaktiannya. Suatu ketika pedang Jalut yang demikian besar itu ditebaskan ke
tubuh Dawud dan tepat mengenai tubuhnya, meski tak terluka Dawud sempat
terhuyung ke belakang akan tetapi tetap berdiri kokoh, siap mengadakan serangan
balik. Pada saat itu ia ingat pada senjata andalannya yaitu sejenis ketapel
(ambin) dan tiga buah batu yang disimpan di dalam kantong yang didapat dari
sungai saat mandi di sungai pada waktu menggembala kambing-kambingnya. Dawud
pun berancang-ancang untuk menyerang Jalut dengan senjata ketapel andalannya
itu. Melayanglah batu pertama tepat mengenai sasaran mengenai penutup kepala
Jalut yang terbuat dari besi dan penutup kepala itu lepas dari kepala Jalut.
Jalut tertawa terpingkal-pingkal meremehkan Dawud dengan senjata ketapelnya
itu. Jalut terus mendesak Dawud yang terus ke belakang mengambil jarak tembak
untuk melepaskan batu ke duanya. Batu kedua pun dilepaskan, dan Praaak! Batu
itu tepat mengenai kening Jalut, darah menyembur dari kening Jalut yang terkena
batu. Jalut semakin berang terbakar api kemarahannya, ia terus mendesak Dawud.
Belum menyadari dan merasakan apa yang terjadi di keningnya, batu ketiga
meluncur dengan pesat ditambah dengan tebasan pedang yang begitu cepat melesat
membuat Jalut tak berdaya dan kepalanya remuk oleh senjata andalan dan pedang
Dawud. Akhirnya Jalut sang raksasa ganas penjajah kaum Bani Israel itu tewas
mengenaskan di tangan Dawud. Melihat rajanya telah tewas, pasukan Jalut lari
tunggang langgang menyelamatkan diri kembali ke negerinya. Pasukan Bani Israel
mengalami kemenangan gemilang dan lepaslah mereka dari belenggu penjajahan yang
selama ini mencekeram kebebasan mereka untuk hidup di negerinya sendiri.
Peristiwa terbunuhnya
raja Jalut oleh Dawud membuat raja Thalut semakin mengagumi Dawud. Thalut dan
para pasukannya hampir tidak mempercayai jika tidak melihatnya sendiri.
Bagaimana seorang anak muda dengan tubuh sekecil itu dengan mudah bisa
mengalahkan Raja Jalut yang sangat kesohor akan kesaktiannya di pelosok negeri
itu. Atas jasanya menyelamatkan Bani Israel dari gempuran musuh dan cengkeraman
penjajah Dawud pun diangkat menjadi panglima perang Bani Israel. Rupanya
kematian mengenaskan Jalut membuat sisa-sisa pasukan Jalut yang dapat
menyelamatkan diri itu menyusun kekuatan baru. Mereka membentuk pasukan baru
kemudian menyerang kembali pasukan Bani Israel di bawah pimpinan Thalut dengan
panglima perang Dawud. Dalam pertempuran ini pasukan Thalut di bawah panglima
perang Dawud kembali dapat memenangkan pertempuran mengusir penyerang yang lari
kocar kacir dan tunggang langgang. Akan tetapi Dawud tak memberi ampun kepada
mereka semua, ia tak mau lagi mereka semua menyusun kekuatan kembali dan
menyerang kembali Bani Israel di kemudian hari. Dalam pertempuran yang ke dua
ini dipihak pasukan Bani Israel jatuh korban yaitu pimpinan mereka sendiri
yaitu Thalut. Kematian Thalut membuat duka nestapa segenap kaum Bani Israel.
Thalut menjadi pahlawan Bani Israel. Kemudian tampuk perintahan diwariskan pada putra mahkota anak tertua Thalut. Akan
tetapi di bawah pemerintahan anak-anak Thalut, pemerintahan bukan menjadi baik
dan sejahtera, melainkan malah menjadi tak terkendali, korupsi semakin meraja
lela, jalannya pemerintahan menjadi kacau balau di semua lini. Pendek kata
pemerintahan Bani Israel di bawah kekuasaan putra Thalut menjadi semrawut.
Melihat kaum Bani
Israel sudah betul-betul di ambang kehancuran, Dawud pun mengambil alih
kekuasaan dari tangan anak Thalut yang korup tersebut. Terjadilah perang
kekuasaan, dan terjadi pertempuran antara pasukan pendukung Dawud dan pasukan
kerajaan pendukung anak Thalut. Pada akhirnya pasukan Dawud dapat membasmi
pasukan anak Thalut, dan Dawud pun dinobatkan menjadi raja kaum Bani Israel,
memerintah dengan secara bijaksana,seadil-adilnya. Dalam sejarah, kaum Bani
Israel di bawah pimpinan Dawud menjadi negeri yang subur dan sejahtera, gemah
ripah loh jinawi karena dipimpin oleh seorang raja yang tegas, jujur, adil, dan
berwibawa. Selain menjadi seorang raja, Dawud juga seorang nabi yang sekaligus
Rasul Allah dengan Kitab Suci Zabur sebagai acuan dalam mengelola pemerintahan
dan syareat kemanusiaan. Kitab Zabur merupakan pegangan hidup bagi Nabi Dawud
dan umatnya kaum Bani Israel dalam mengarungi kehidupan yang baik dan mulia.
Nabi Dawud As selain Rasul juga diberikan kemampuan kesaktian yang sukar
bandingannya. Ia diberikan kekuatan bisa melunakkan besi baja sekeras apapun.
Di tangannya besi baja menjadi elastic dan dapat dibentuk menjadi bentuk apa
saja sesuai yang dikehendaki.
Nabi Dawud As adalah
seorang raja, seorang nabi sekaligus Rasul Allah yang memiliki kesaktian tiada
tara, sakti mandraguna, memiliki kemampuan linuwih yang tinggi oleh karena
rajin bertirakat.Dikenal tirakatan Dawud yaitu puasa tirakat yang sering dilakukan
oleh Nabi Dawud dalam waktu yang cukup lama yaitu puasa secara selang-seling,
sehari puasa sehari tidak. Begitu seterusnya.
Referensi:
M.Arief
Hakim. “Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul”. Bandung 2003: Penerbit Marja
Penulis:
Slamet
Priyadi di Pangarakan - Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar