Denmas Priyadi Blog | Rabu, 08
Mei 2013 | 11:36 WIB
Burung Emprit |
Ketika burung Mesir masih dalam lamunannya, burung
emprit menyapanya perlahan, “Wahai
Tinggalanak, apa yang sedang kau pikirkan? Aku melihatmu seperti dalam
kebingungan. Apa ada yang mengganjal pikiranmu terkait dengan kebradaanku di
sini?
Sedikit terperanjat burung Mesir menjawab pertanyaan
burung emprit, “Oh, tidak...tidak... aku
hanya berpikir bagaimana jika tidak ada engkau di sini, mungkin kami bertiga
sudah mati menjadi santapan ular hijau kecokelatan yang buas dan sangat berbisa
itu. Dan karena nya aku mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas
segala pertolonganmu kepada kami”.
“Akh,
saya pikir itu memang sudah seharusnya kita saling tolong menolong, bantu
membantu dalam segala hal. Malah justru aku yang seharusnya banyak
berterimakasih kepadamu, Tinggalanak. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana
jadinya jika aku tak berjumpa denganmu di negeri Mesir yang sama sekali masih
asing bagiku ini”. Sudahlah, Tinggalanak! Kita tak perlu larut dalam
pembicaraan yang tidak penting itu. Pokoknya kita sama-sama tahu sajalah. Yang
penting sekarang adalah bagaimana kita mencari jalan keluar agar kita bisa
terhindar dari ancaman dan mara bahaya yang disetiap saat bisa mengancam
keselamatan kita dan anak-anakmu”. Demikian burung emprit berkata
kepada burung Mesir. Nampaknya mereka dari waktu ke waktu sudah semakin akrab
saja.
Pada satu kesempatan, burung emprit mengungkapkan
hasratnya untuk mempersunting burung Mesir dan mengajak burung Mesir untuk ikut
serta bersamanya kembali ke negeri Jawa Dwipa di kepulauan Nusantara, “Tinggalanak, aku ingin berterus terang
kepadamu bahwa sesungguhnya aku sangat mencintaimu, dan berkeinginan sekali
untuk mempersuntingmu menjadiistriku. Apakah engkau mau menerima lamaranku
ini?” Demikian pernyataan isi hati burung emprit diungkapkan dengan secara
terus terang dan terbuka kepada Tinggalanak, burung Mesir yang sudah memiliki
dua orang anak yang masih kecil-kecil itu.
Mendengar pernyataan dan pertanyaan yang begitu cepat dan terus terang tanpa tedeng aling-aling
serta tidak diduga-duga dari burung emprit Jawa, burung Mesir menjadi
terperangah, betul-betul pernyataan itu membuat kaget dirinya. Meski pun di
dalam hatinya sesungguhnya ia sangat
gembira dan bahagia sekali mendengarnya. Burung Mesir masih terdiam membisu dan
menundukkan kepalanya belum menjawab pertanyaan burung emprit. Sampai akhirnya
pertanyaan kedua diajukan lagi oleh burung emprit Jawa,
“Bagaimana
dengan pertanyaanku tadi Tinggalanak? Apakah kau mau menjadi istriku? Jika kau
setuju, maka aku akan mengajakmu pergi ke kampung halamanku Negeri Jawa Dwipa
di Nusantara. Negeri yang teramat elok nan permai dengan hutan dan rimba
belantara yang membentang luas, tanah
persawahan dengan padi-padinya yang menguning, air sungai yang mengalir jernih,
riak ombak di lautan yang membiru, putih berkilauan bagaikan ratna mutu manikam, gemah-ripah dan loh jinawi semua itu
akan kau lihat dan saksikan sendiri, Tinggalanak!”
“Iya, aku mau dan gembira sekali dengan ajakkanmu emprit. Akan tetapi
bagaimana dengan anak-anakku yang masih kecil-kecil itu? Mereka masih membutuhkan belaian kasihku. Jika
kau memang serius menghendaki aku
menjadi istrimu, tunggulah tiga bulan lagi agar anak-anakku sudah bisa mandiri
untuk mencari makan sendiri”. Demikian jawab
burung Mesir kepada burung emprit sambil tundukkan kepalanya lelu mengusap
kedua anaknya dengan sayapnya.
“Jika demikian baiklah, aku akan menunggumu dengan sabar. Dan, aku akan
kembali lagi kemari tiga bulan lagi. Sekarang aku akan berkeliling-keliling
mengunjungi tempat-tempat yang belum aku kenal di negeri Mesir ini”.
Singkat cerita, tiga bulan pun telah berlalu tanpa
terasa. Tiba saatnya burung emprit Jawa kembali menemui burung Mesir untuk
mempersuntingnya dan mengajaknya pergi kembali ke negeri Jawa Dwipa Nusanantara.
Ia pun segera mempercepat terbangnya menuju tempat tinggal burung Mesir
dan kedua anaknya.
Tak lama kemudian sampailah burung emprit di tempat
hunian burung Mesir. Di sana ia melihat burung Mesir sedang mengawasi kedua
anaknya yang yang melompat-lompat kian kemari dengan lincahnya di antara dahan
dan ranting pohon. Rupanya kedua anaknya itu sudah mulai mampu terbang sendiri.
Burung emprit Jawa segera menghampiri burung Mesir.
Sementara burung Mesir masih mengawasi kedua anaknya. Ia tak menyadari kalau di
dekatnya sudah ada burung emprit yang segera menyapanya;
“Hai, Tinggalanak, selamat pagi! Wakh, rupa-rupaya kedua anakmu sudah
besar dan sudah mampu terbang sendiri. Mereka nampak gagah dan cantik, sungguh
sepasang burung tinggalanak remaja yang serasi”.
“Oh, kau rupanya. Sungguh aku tak melihatmu datang, Emprit! Ya, kedua
anakku itu, yang pejantan memang gagah dan tampan mirip bapaknya yang betina tentunya cantik mirip ibunya,
pit, pit, pit, piiiiiiiiiiit! Begitu gembira
burung Mesir dengan kehadiran berung Mesir hingga tertawanya begitu lepas. Akan
tetapi suasana yang penuh suka cita dari burung Mesir tak berlangsung lama.
Seekor ular hijau kecokelatan dengan warna kuning keemasan di kepalanya, yang memang
sejak lama sudah mengitai mereka, tiba-tiba menyergap dari belakang. Dan itu sungguh
tak disadarinya. Untung saja mereka cukup sigap dan cekatan sehingga mampu menghindari
serangan dan terkaman ular hijau lapar yang buas dan berbisa itu. Akan tetapi naas
bagi salah satu anak betina dari burung Mesir yang baru saja bisa terbang itu tak
mampu menghindar terkaman sang ular hijau yang sedang kelaparan. Dan akhirnya, anak
betina burung Mesir tewas seketika dimangsa oleh ular hijau. Sementara saudaranya
yang pejantan nyaris juga menjadi mangsa. Ia masih bisa tertolong karena pada saat
itu burung emprit datang menolongnya dengan mengeluarkan bunyi suara yang keras
dan terdengar menyeramkam. Tinggallah sang induk, si burung Tinggalanak diam terpana
tak percaya dengan apa yang terjadi. Salah satu anaknya yang betina dan cantik rupawan
itu tewas mengenaskan di depan mata kepalanya sendiri. Ia menangis tersedu sedan
menyesali nasibnya yang begitu sial. (Bersambung)
Penulis:
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar