Slamet Priyadi Blog│Sabtu, 22 Juni 2013│22:09 WIB
![]()  | 
| Pelaksanaan IJAB QOBUL oleh pak Penghulu | 
Pada  hari Jumat, 15 Juni 2013 pukul 09:20, saya menyaksikan prosesi  pernikahkan putra kedua saya, Jagad Perwira dengan Bunga Restu putri  kedua dari bapak Encep Hudri dan ibu Euis (besan) di rumahnya yang  beralamat di kampung Tejo Ayu, Cicurug, Sukabumi.
Ada acara yang cukup unik dan menarik dari  keseluruhan prosesi upacara perkawinan tersebut, yaitu acara setelah  prosesi pernikahan atau Ijab Kabul Sang Pengantin selesai dilaksanakan  berupa "Tradisi Saweran” yang banyak memberi pesan moral, social, dan  bersifat religius. Dalam pelaksanaannya ternyata Tradisi Saweran ini  merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah upacara perkawinan  masyarakat sunda yang sudah turun-temurun dilakukan, berisikan  petuah-petuah yang disampaikan kepada sang pengantin agar mereka di  kemudian hari mampu mengarungi bahtera rumahtangga secara damai,  sejahtera, harmonis dan bahagia. 
![]()  | 
| Juru Sawer memandu upacara sawer sambil menyanyikan tembang yang berisi pituah-pituah bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga yang syakinah, mawaddah, warohmah | 
Pada acara Saweran ini, kedua mempelai duduk secara  berdampingan, yang didampingi oleh orangtua masing-masing mempelai.  Sebuah payung berwarna emas memayungi keduanya. Lantunan  tembang-tembang  sunda disampaikan oleh juru sawer yang mengandung  pituah-pituah, bagaimana seharusnya menjalani kehidupan sebuah mahligai  rumah tangga  bahagia. Dalam sesi ini, juru sawer di tengah-tengah  lantunan tembang  yang dinyanyikan, menebarkan berbagai jenis benda   dalam “bokor” yang berisi koin uang recehan, beras, bunga, permen, dan  lain-lain kepada hadirin  dan para undangan. Menurut juru sawer, hal ini merupakan symbol atau lambang, dimana uang sebagai lambang kemakmuran, beras sebagai lambang kesejahteraan, dan permen  sebagai lambang bahwa, sepahit apapun proses kehidupan yang dijalani  dalam hidup berumah tangga, harus selalu diselesaikan dengan cara yang  manis semanis rasa permen.
Acara saweran dengan menebarkan permen dan uang recehan oleh juru sawer merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu dan sangat disukai anak-anak yang menyaksikan jalannya acara saweran ini. Mereka saling berlarian, melompat sana-sini saling berebut koin uang recehan dengan penuh suka cita penuh canda ria.
Acara saweran dengan menebarkan permen dan uang recehan oleh juru sawer merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu dan sangat disukai anak-anak yang menyaksikan jalannya acara saweran ini. Mereka saling berlarian, melompat sana-sini saling berebut koin uang recehan dengan penuh suka cita penuh canda ria.
![]()  | 
| Orang tua wajib mendampingi kedua mempelai saat acara pemberian doa restu dari sanak keluarga, handai taulan, hadirin, dan para undangan | 
Menurut Juru Sawer selaku pemandu jalannya upacara  ini, "Tradisi Saweran yang dilakukan pada setiap upacara perkawinan atau  upacara khitanan dalam keluarga masyarakat Sunda merupakan lambang rasa  syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah rizki yang telah  diberikan dan dimilikinya. Lain daripada itu , upacara ritual ini juga  bertujuan agar kedua mempelai pasangan pengantin dapat memahami makna  yang terkandung di dalamnya bahwa di dalam hidup ini, agar selalu saling  berbagi, saling membantu, saling bekerja sama, saling tolong menolong  terhadap sesama".
Referensi:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud
Penulis:
Slamet Priyadi Pangarakan, Bogor
"KARYA SENI BUDAYA NUSANTARA": Tradisi Saweran Dalam Upacara Perkawinan Masyaraka...: Slamet Priyadi Blog│Sabtu, 22 Juni 2013│08:27 WIB Pelaksanaan IJAB QOBUL oleh pak Penghulu Pada hari Jumat, 15 Juni 2013 pukul...




berbagai macam kebudayaan indonesia, unik,
BalasHapuskunjungan balik yah di kisahlabil.wordpress.com cerita humor gitu ttg keseharian gue,