“SI PEREMEH ITU BERWATAK DUMEH”
Karya : Ki Slamet 42
Selorohmu seakan kau sajalah yang terpintar
Berujar kata bahwa akulah yang paling benar
Jika orang beda
dengan pikirmu yang nyasar
Maka ekspresikan amarah berkata-kata kasar
Dalam rasamu, seakan kau sajalah yang besar
Tiada banding ‘tuk
bisa sanding dalam gelar
Kemana-mana, kepada
siapa saja berkelakar
Segalanya dianggap remeh tak ada rasa gusar
Suka mencemooh, orang lain dianggap bodoh
Gemar meleceh, meremeh, dumeh berseloroh
Tak bisa tenang tergopoh-gopoh dan ceroboh
Berjalan tengadah tiada takut kesandung roboh
Sang Peremeh itu, memang miliki watak dumeh
Kepada orang lain selalu menganggapnya remeh
Umbyang-umbyung bersikap mencelah-menceleh
Ya, si Peremeh memang dumeh, suka nyeleneh
Kp. Pangarakan, Bogor
Sabtu, 22 Agustus 2015 – WIB
“SAAT RASAKAN SEPI AKU TULIS PUISI”
Karya
: Ki Slamet 42
Tepat
pada pukul empat empat puluh lima di pagi hari
Mobil
bus Sukabumi-Pulo Gadung yang aku tumpangi
Persis
berhenti di pintu gerbang tol Cawang Jagorawi
Aku
pun lompat turun dari bus, lalu berjalan telusuri
Terowongan
sisi gedung, Jasa Marga yang masih sepi
Hingga
sampailah di tempat dimana aku biasa menanti
Kendaraan
angkutan jalur khusus Halim transportasi
Menuju
SMAN 42,
tempat aku ajar siswa dan siswi
Sekitar
lima belas menit menanti, Trans Halim datang
Maka
segera akupun naik duduk di bangku belakang
Trans
Halim melaju gancang sebab sepilah penumpang
Sesampai
di SMAN 42, persis di depan pintu gerbang
Aku
pun turun, berjalan gontai, segera menyeberang
Terus
jalan ke ruang T.U yang masih belum ada orang
Karena
pegawai tata usahanya masih belumlah datang
Masih
di dalam perjalanan, yang tiada pernah lengang
Setelah
sidik jari, kemudian aku pun tuju ruang guru
Langsung
hampiri meja kerjaku yang sudah menunggu
Aku
letakkan tas di atas meja sambil duduk termangu
Kepala
terasa pening, sebab kantuk gerayangi mataku
Lalu
aku beranjak pergi dari situ, jalan keluar menuju
Kantin
RUSPAU untuk minum kopi luak kesukaanku
Mata
jadi terang, rasa pening kepala yang menganggu
lenyap
sudah, segarlah kini terasa di tubuhku
Di
bawah kelebatan, dan kerindangan pohon cheeri
Dibarengi
hembusan semilir mendayu sejuk angin pagi
Sang
Surya pagi pun, belum nampakkan wajah berseri
Sementara
jam mengajarku mulai jam 11:20 siang hari
Maka,
kuambil pulpen yang ada di kantong saku
kiri
Lalu
aku tulis puisi pada secarik kertas curah isi hati
Aku
tulis ungkap bermacam peristiwa dalam negeri
Tentang
harga daging sapi yang mencuat amat tinggi
Banyaknya
para pejabat, yang terlibat kasus
korupsi
Peristiwa
kriminal pembunuhan anak yang begitu keji
Para
pelaku pembegal motor yang tak kenal basa-basi
Merampas,
merampok, bunuh korban sampailah mati
Kp. Pangarakan, Bogor
Selasa, 18 Agustus 2015 – 07:41 WIBS