Denmas Priyadi Blog | Senin, 05 Febuari 2013 | 20:20 WIB
Image "Syeh Siti Jenar" (SP) |
DALAM sejarah perkembangan agama Islam di Jawa yang disebarkan oleh para
Wali Songo tidak lepas juga membahas salah satu wali yang ajarannya dianggap
nyeleneh dan keluar dari ajaran Islam yaitu "Syeh Siti Jenar".
Syeh Siti Jenar merupakan sosok yang sangat cerdas dan terkenal karena
ketinggian ilmunya. Ia mempunyai murid-murid , antara lain Ki Ageng Pengging,
Ki Ageng Tingkir, Ki Kebo Kenongo,dan lain-lain. Di perguruannya itu, Syeh Siti
Jenar mengajarkan ilmu beraliran "Wahdatul Wujud"
(kesatuan wujud) dengan melakukan ijtihad (kesatuan mutlak).
Penggambaran ajaran ijtihadnya itu mengumpamakan "Api dengan nyalanya, laut dengan ombaknya, dan bunga dengan sari madunya". Perumpamaan ini mengingatkan kita dengan ajaran tasaub Ibnu Arabi (tahun 1165-1240 Masehi) dan Al Hallaj (tahun 858-922 Masehi). Syeh Siti Jenar juga dikenal dengan nama Syeh Lemah Abang bergelar "Prabu Satmata" atau raja yang tampak oleh mata. Ajaran Syeh Siti Jenar Manunggaling Kawulo Gusti sampai sekarang masih berpengaruh bagi aliran kebatinan Kejawen di Indonesia.
Ungkapan "mati sajroning ngurip", menurut Syeh Siti Jenar
adalah mengajak manusia agar senantiasa "eling dan waspada",
bersahaja, mengendalikan diri, mengurangi kenikmatan badaniah duniawi, bersedia
lara samsara, tapa brata dan bersyukur meski dalam keadaan sulit. Perjuangan
hidup di alam maya nan fana menurut Serat Bima Suci, berkait erat dengan upaya
untuk memahami sangkan paraning dumadi, asal dan tujuan kehidupan yaitu husnul
khatimah menuju perjalanan hidup yang membahagiakan.
Di dalam faham Kejawen (ngelmu), sangkan paraning dumadi adalah proses
untuk menggapai kesempurnaan hidup yang bisa diperoleh hanya melalui laku atau
prilaku ikhlas, bersyukur dan prihatin. Berkait dengan hal tersebut dalam kitab
suci penganut mistik Kejawen "SERAT WIRID" masih terbagi lagi dengan
"Asaling Dumadi" asal mula suatu wujud, "Sangkaning Dumadi"
dari mana dan bagaimana arah perkembangan wujud itu, "Purwaning
Dumadi" permulaan suatu wujud, "Tataraning Dumadi" martabat
suatu wujud, "Paraning Dumadi" arah perkembangan suatu wujud.(Referensi: Sudirman Teba, "Syeh Siti Jenar: Pengaruh Tasauf Al-Halaj di Jawa". Bandung, Pustaka Hidayah 2003).
Penulis
Slamet Priyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar