Denmas Priyadi Blog | Kamis, 07
Febuari | 11:15 WIB
KEJAWEN adalah kebudayaan
Jawa asli yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan kuno dengan ajaran agama
yang datang kemudian seperti Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Diantara
campuran tersebut yang paling dominan adalah ajaran agama Islam. Membahas masalah Kejawen tentunya tidak terlepas
dengan istilah-istilah Manunggaling Kawulo Gusti, Sedulur Papat Lima Pancer,
Sangkan Paraning Dumadi, ngeruwat, tapa brata, dan lain-lain.
Drs
Susilo menyimpulkan tentang Kejawen adalah sebagai berikut:
* Kejawen adalah sinkretisme yaitu percampuran agama
Hindu-Budha- Islam. Meskipun demikian ajaran Kejawen masih mengacu dan
berpegang teguh pada ajaran tradisi Jawa asli sehingga masih nampak
ciri-cirinya yang khas dan kemandiriannya.
* Agama menurut faham Kejawen adalah Manunggaling
Kawula Gusti yaitu bersatunya hamba dengan Tuhan. Oleh sebagian kalangan Islam
putih kaum santri, konsep penyatuan manusia dengan Tuhan ini mengarah kepada
penyekutuan Tuhan atau prilaku Syirik.
* Perspektif ajaran Kejawen berdimensi tasauf
percampuran antara kebudayaan Jawa, Hindu, dan Budha yang kurang menghargai
aspek syariat dalam arti yang berkait denngan hukum-hukum hakiki agama Islam.
* Raja adalah pemuka agama. Hal ini nampak dari
penggunaan atau pemakaian gelar "Sayidina Panatagama",
"Khalifatullah", "Ajaran agama ageming aji" ( perhiasan )
raja, karena itu harus disesuaikan dengantradisi Jawa.
* Kitab Mahabarata dan Ramayana
merupakan sumber inspirasi ajaran Kejawen yang mengandung ajaran moral dan
karakter prilaku tuntunan hidup.
* Tinjauan kajian pikiran Jawa lebih terfokus pada
aspek indra batin dan prilaku batin. Strategi pendekatan Kejawen adalah mencari
pendekatan kepada Tuhan bahkan selalu ingin menyatu dengan Tuhan
(Manunggaling
Kawula Gusti) dan analisanya bersifat batiniah.
Penulis
Slamet Priyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar