Denmas Priyadi Blog | Sabtu, 20 Oktober 2013 | 12:25
WIB
Ismail Marzuki |
SANG
MAESTRO, komponis, pejuang legendaris ‘Ismail Marzuki’ berasal dari kampung
Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat yang dilahirkan pada tanggal 11 Mei
1914. Ketika usianya baru beranjak tiga bulan, ia sudah ditinggalkan ibunya
yang meninggal karena sakit. Kakak perempuanya, Hamidah kemudian merawat Ismail
Marzuki hingga dewasa. Ayahnya bernama Marzuki oleh karena itu ia lebih dikenal
dengan nama Ismail Marzuki. Di masa
kecil oleh teman-teman sekampungnya dan rekan sesama seniman ia akrab dipanggil
Ma’il, Ma’ing, atau bang Maing. Ismail Marzuki merupakan anak bungsu. saudara
kandungnya adalah Hamidah, Yusuf, dan Yakub. Kedua kakaknya Yusuf dan Yakub
meninggal saat dilahirkan. Oleh karena itu sebagai satu-satunya pria dalam keluarganya, ia
menjadi tumpuan dan harapan ayahnya. Apa lagi ayahnya, ‘Marzuki’ sangat
terpukul dengan kematian istrinya yang sangat dicintainya itu.
Sebagaimana orang
Betawi yang sangat memperhatikan dan mengutamakan pendidikan agama Islam, oleh
ayahnya Ismail Marzuki disekolahkan ke Madrasah ‘Uhwanul Fallah’ di Kwitang
milik ulama terkemuka, Habib Ali Al Habsyi. Dari pendidikan agama yang
didapatnya itu, sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter Ismail
Marzuki baik dalam pengetahuan agamanya maupun dalam sikap dan prilakunya dalam
pergaulan. Ia dapat menguasai Al-Qur’an dengan baik, berbudi pekerti dan berakhlak
terpuji serta menjadi panutan teman-temannya atar seniman.
Karya-karya Ismail
Marzuki memiliki karakter yang jelas, konfiguratif. Tematik karya-karya musik
dan lagu-lagunyanya kebanyakan bernuansa religi, himne, dan hiburan, serta
bersifat patriotistik, heroik. Hal inilah yang telah mampu menggelorakan
semangat juang dan perngorbanan bangsa Indonesia di era revolusi perang
kemerdekaan. Ismail Marzuki merupakan salah seorang komponis muda yang paling
produktif di zamannya, dan debut musiknya dimulai pada usia 17 tahun. Berikut
adalah karya-karya Ismail Marzuki:
1.
Oh Sarinah, tahun 1931. Lagu yang menceritakan tentang kondisi bangsa Indonesia yang
tertindas
2. Keroncong
Serenata, tahun 1935.
3.
Roselani, tahun 1936. Lagu yang menggambarkan suasana romantis
alam Hawai di Samudra Pasifik
4. Kasim
Baba, tahun 1937. Lagu yang berlatar
belakang Hikayat 1001 malam.
5. Keroncong
Sejati, Bermodus minor dan bernafaskan melodi yang melankolis.
6.
Pulau
Suweba
7. Di
Tepi Laut
8.
Duduk Termenung
Ketiga
buah lagu, Pulau Suweba, Ditepi Laut, dan Duduk Termenung, dibuat tahun 1938. Dibuat
khusus untuk ilustrasi film “Terang Bulan” yang dibintangi Miss Rukiah, Kartolo, dan Raden
Muchtar. Dalam film ini, Ismail, bersama teman-temannya berperan sebagai pemain
music sebagai pelengkap scenario film. Ternyata film Terang Bulan ini berhasil
menarik ribuan penonton hingga negeri jiran, Malaysia pun turut memutarnya.
Dalam film ini suara Ismail Marzuki dipakai untuk mengisi suara Raden
Muchtar saat acting bernyanyi di film
tersebut.
7.
Als de Orchiedeen Bloeien, dan Als’t Meis is in de Tropen. Dua buah lagu
berbahasa Belanda yang dibuat tahun 1939.
8. Bapak Kromo
9. Bandaneira
10.
Oh Le le di Kuta Raja
11.
Rindu Malam
12.
Lengang Bandung
13.
Melancong ke Bali
14.
Dan masih banyak, bahkan ratusan lagi lagu-lagu yang lain yang tak bisa penulis
tulis satu per satu di tulkisan ini.
Di era penjajahan
Jepang, dimana rakyat Indonesia mengalami kesengsaraan yang begitu sangat
mengenaskan, pemuda Ismail Marzuki mampu menggugah rasa cinta tanah air dan
bangsa melalui karya-karyanya yang patriotistik, dan heroestik seperti; Mars Gagah Perwira, Karangan Bunga dari
Selatan, Tanah Pusaka, Nyiur Melambai, Di bawah Rumpun Bambu, dan Rayuan Pulau Kelapa. Berkat karya-karya tersebut, Ismail Marzuki
mendapat anugerah Piagam Wijayakusumah dari Presiden Pertama Republik
Indonesia, Soekarno atas nama pemerintah RI tahun 1961.
Pada masa revolusi
kemerdekaan, pemuda Ismail Marzuki turut berjuang ke medan tempur melalui
lagu-lagu ciptaannya yang menggugah semangat heroik para pejuang ke seluruh
penjuru Nusantara. Lagu “Halo-halo
Bandung”, “Pahlawan Merdeka”, “Selamat Datang Pahlawan Muda”, “Kopral Jono”,
“Sersan Mayorku”, “Gugur Bunga”, “Selendang Sutra”, “Sepasang Mata Bola”, “Sapu
Tangan Dari Bandung Selatan” adalah lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki yang
sampai sekarang tetap berkumandang dan acap kali dinyanyikan baik dalam upacara
bendera di berbagai instansi sekolah maupun pada even-even tertentu.
Sang Maestro, Komponis
besar yang sekaligus pejuang legendaris, dan pahlawan nasional asal Betawi ini
memang sangat mencintai kota Bandung bagian Selatan karena selain keindahan
alamnya yang begitu asri dan estetik, juga kota tersebut telah melahirkan seorang mojang (gadis) Priyangan yang telah
memikat hatinya, yaitu Eulis Zuraidah binti M. Empi yang kemudian diperistrinya
dengan penuh cinta. Kecintaan Ismail Marzuki terhadap kota Bandung dan istrinya
Eulis Zuraidah, bisa disimak dari lagu-lagunya seperti;
“Bandung Selatan di Waktu Malam, “Sapu Tangan dari Bandung Selatan,
“Karangan Bunga dari Selatan, “Juwita Malam”, “Sabda Alam”.
Dalam berkarya Ismail Marzuki termasuk seniman
yang produktif dan imajinatif. Dalam hidupnya yang relative singkat itu, lebih
kurang 200 buah lagu telah diciptakannya. Lagu terakhir ciptaannya sebelum ia
wafat adalah “Inikah Bahagia”.
Sampai sekarang
lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki tetap abadi dan berkumandang terus di
masyarakat. Dalam dinamika pasang surutnya perkembangan musik Indonesia nama Ismail
Marzuki putra Betawi asal kampung Kwitang ini, tertulis dan terukir
begitu indahnya yang menghiasi lembaran sejarah permusikan Indonesia. Dia
sangat produktif dan imajinatif dalam berkarya, sangat mahir dalam menyusun
kata-kata, yang sangat puitis, estetis, dan sastraistis sehingga karya-karyanya
banyak mendapat apresiasi tinggi dalam masyarakat. Simak saja salah satu lagu
ciptaan Ismail Marzuki berikut,
“SABDA
ALAM”
Diciptakan alam pria dan wanita
Dua makhluk dalam asuhan dewata
Ditakdirkan bahwa pria berkuasa
Adapun wanita lemah lembut manja
Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu
Namun ada kala pria tak berdaya
Tekuk lutut di sudut kerling wanita
Ya,
Ismail Marzuki memang seorang komponis besar Indonesia yang telah mengharumkan
nama bangsa dan Negara di kancah nasional maupun internasional lewat bidang
seni musik. Ia wafat pada tanggal 25 Mei 1958 dalam usia 44 tahun kerena sakit
yang menderanya. Jenazahnya dimakam di
TPU Karet Bivak. Ismail Marzuki meninggalkan seorang istri terkasih Eulis
Zuraidah yang meninggal dunia pada tanggal 8 Agustus 2001 di Jakarta,
dimakamkan di sebelah makam Ismail Marzuki.
Berkat
jasa-jasanya mengharumkan nama bangsa dan negara, berdasarkan Keputusan Presiden
RI No. 089/TK/Tahun2004, ia mendapat penghargaan dan penghormatan yang tinggi
sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 5 Nopember 2004.
Referensi:
Brosur
Lomba Paduan Suara lagu-lagu Karya Pahlawan Nasional Ismail Marzuki Se
JABOTABEK 2008 – Kerja Sama Lembaga Kebudayaan Betawi dan Dikmenti DKI Jakarta
Penulis:
Slamet
Priyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar