Denmas
Priyadi Blog | Minggu, 24 Febuari 2013 | 05:55 WIB
Penghargaan bua siswa berprestasi |
Dalam berbagai kesempatan saat saya
dan teman-teman santai minum kopi di kantin samping Rumah Sakit Halim, saya
acapkali berbincang-bincang tentang berbagai hal. Sekali waktu kami bahas juga
tentang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 yang masih tertinggal dengan sekolah lain seperti SMAN
48, SMAN 81 dan yang lain. Dalam kesempatan diskusi tersebut saya lontarkan
pertanyaan sebagai berikut, “Apakah
sekolah memiliki pengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa?”, “Mengapa
sampai sekarang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 masih tertinggal dengan sekolah lain yang notabene
lebih muda usianya dibanding SMA Negeri 42?”. Pertanyaan tersebut cukup
menggelitik dan membuat berkerut kening teman-teman karena jawabannya memang
butuh analisa secara pedagogis serta
pemikiran yang
referensional (berdasar keilmuan).
Jawaban klise terucap: “Ya tentu,
dong! Soalnya perekrutan siswa kelas X pada awalnya memang sudah bukan
siswa-siswa yang pilihan, dalam arti siswa-siswa yang masuk mendaftar ke SMAN
42 bukan pilihan pertama akan tetapi yang ke dua yang secara intelktual relative
rendah”. Dengan Input dan kualitas siswa
yang demikian tentu saja wajar apabila outputnya juga rendah.
Jawaban tersebut memang ada benarnya
akan tetapi, itu justru menggambarkan kegagalan kita sebagai guru dan sekolah,
komponen sekolah beserta fasilitas dan sarana sekolah sebagai institusi
pendidikan yang selama ini tempat kita mengabdi, dan bekerja selaku tenaga
pendidik. Jelasnya jawaban tersebut seakan-akan menunjukkan kepada kita bahwa
SMAN 42 selaku institusi pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap performa akademik siswa.
Apabila kita perumpamakan dengan
sebuah industri yang memproduksi barang tertentu, jika kualitas bahan bakunya
rendah tentu hasil produksinya juga rendah. Dengan demikian di sini jalannya
proses produksi menjadi tidak berarti dan mubazir. Padahal prinsip ekonomi
mengatakan, “Mendapatkan untung
sebesar-besarnya dengan capital yang sekecil-kecilnya”. Mengacu pada
prinsip ekonomi tersebut, seharusnya langkah yang dilakukan adalah bagaimana
caranya memaksimalkan suatu produksi dengan modal yang kecil dan bahan baku
yang murah, dapat menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas sehingga bisa
dijual dengan harga mahal.
Pandangan yang menyatakan penyebab
rendahnya kualitas siswa (prestasi akademik siswa) karena “input” yang rendah,
saya pikir tidak tepat karena itu berarti proses pembelajaran (schooling) yang
dilakukan oleh SMAN 42 sama sekali tidak berarti karena tidak memberikan nilai
tambah pada diri siswa. Kalaupun ada siswa yang berprestasi menggembirakan,
semata-mata itu karena kemampuan dirinya yang memang sudah ada sebelumnya hasil
dari didikan dan binaan orang tua atau pada sekolah sebelumnya.
Pandangan tersebut di atas
seyogyannya tidak dijadikan pegangan untuk langkah ke depan. Untuk itu mulai
dari sekarang kita para guru dan seluruh komponen sekolah harus bersatu
tekad untuk memajukan dan meningkatkan
prestasi akademik siswa SMAN 42 dengan bekerja keras, aktif inovatif, kreatif,
efektif dan selalu tampil dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa di
kelas dapat menerima pelajaran tanpa harus takut dan tegang. Berkait dengan hal
tersebut beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif (effectiveness
school) membuktikan bahwa tingkat kecerdasan atau prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh lingkungan belajar
(learning environment) siswa di sekolah. Oleh karena itu utamanya adalah
bagaimana kita menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana pembelajaran yang aktif, apresiatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan agar setiap siswa mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Semakin
kondusif dan efektif lingkungan belajar sekolah maka semakin besar pula kesempatan
siswa untuk meningkat prestasinya.
Dengan demikian, utamanya kita tidak
lagi berdalih mempermasalahkan kualitas input yang diterima sekolah, akan
tetapi bagaimana kita memfokuskan pada strategi, model, dan metode-metode apa
yang efektif untuk meningkatkan kemampuan dan pretasi akademik siswa. Kualitas
input yang rendah lebih baik kita jadikan sebagai pemicu semangat dalam rangka
untuk membuktikan kepada masyarakat, bangsa dan Negara bahwa lembaga pendidikan
khususnya SMA Negeri 42 mampu memberikan nilai tambah (value added) bagi siswa semua. JAYALAH, JAYALAH SMA Negeri.
Referensi
Pembelajaran yang efektif-Jamaludin, M.Ed
Penulis
Slamet Priyadi di Pangarakan-Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar