Sabtu, 04 Juli 2015

CATATAN PUISI BULAN JUNI 1 KARYA SLAMET PRIYADI


 “SUMERINGAH DALAM KONA’AH”
Karya: Ki Slamet Priyadi 42

Betapa bahagia bisa tersenyum sumeringah
Karena di pagi hari ini, cuaca begitu cerah
Sang Dewa Surya nampak berwajah ramah
Bersinar kemilauan sapa bumi ranah tanah
Sang Dewi Pertiwi pun jadi merona wajah
Geliat terpikat tersenyum tertawa meriah

Sementara keadaan suasana dalam rumah
Harmoni keluarga yang sakinah warahmah
Terus senandungkan kidung-kidung indah
Ekspresikan dan aplikasikan sikap konaah
Ikhlas beraktifitas hanyalah karena Allah
Ikhlas menerima susah hanya karena Allah

Ikhlas dan kona’ah adalah perilaku ibadah
Lakukan segala amalan cuma karena Allah
Ikhlas dalam menerima bermacam musibah
Karena di dalam musibah pasti ada hikmah
Ikhlas di  dalam menerima rahmah hidayah
Semata harap ridhaNya dan jiwa berserah

Akhirnya, kusemai kona’ah dalam marwah
Jadikan harta berlimpah untuk beribadah
Selalu sumeringah di  dalam sikap kona’ah
Singgah menebar dan memancar di wajah
Menjadi energi yang kuat ‘tuk melangkah
Dalam arungi kehidupan yang serba salah

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 06 Juni 2015 – 11:50 WIB


“ADA ULAR HIJAU DI RANTING CINGCAU”
Karya: Ki Slamet Priyadi 42

Ada ular hijau menjalar melingkar di ranting cingcau
Merambat ke dalam rumah lewat jendela kayu bakau
Menyusup ke dapur seikat kacang panjang dijangkau
Samarkan tubuhnya sehingga tak bisa segera dihalau
Sebab kacang panjang dan ular sama berwarna hijau

Saat istriku ke dapur hendak rajang kacang panjang
Untuk buatkan aku sayur kesukaan, tumisan kacang
Ia berteriak kaget panggil aku dua kali akang, akang!
Aya oray aya oray! Ada ular hijau di kacang panjang!
Aku pun lompat sebat, cepat ambil golok di ranjang

Ku tatap oray sambil baca mantra aji penangkal ular
“Cetkirono, kongkone Dewi Awa, tawa, tiwi, tawar”
Sang ular hijau pun turun perlahan menjalar ke luar
Tetapi aku berkeputusan tak mau ambil resiko besar
Maka kutebas tubuh sang ular sehingga menggelepar

Aku ambil tubuh ular, kubawa ke luar lalu aku bakar
Menebar aroma prengus bau hangus tubuh sang ular
Dari tubuh sang ular hijau yang mati terbakar keluar
Asap berwarna hitam kehijauan, mengepul melingkar
Seperti berkata penuh amarah berpesan kasar gahar

“Tuan begitu kejam terhadap sesama makhluk hidup
Padahal tubuhku ini sudah renta dan mulai meredup
Bisa dan racunku pun sudah hilang, lenyap terhirup
Dihisap manusia pembantai  yang hatinya  tertutup
Oleh nafsu tamak yang selalu ingin semuanya diraup

Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 04 Juni 2015 – 22:49 WIB


“MANTRA AJIKU PANCASILA SAKTI”
Karya: Ki Slamet 42

Aku miliki lima pusaka mantra aji Pancasila sakti
Yang kokoh bersemayam di jantung sang Rajawali
Kepakkan sayap Garuda mengayomi bumi pertiwi
Gebyarkan nilai budaya ramah sumeringah negeri
Yang mampu mengguncang seluruh persada bumi

Mantraku digjaya perkasa nan sakti mandraguna 
Garuda Pancasila sakti yang bhineka tunggal ika
Yang dijadikan dasar Negara Republik Indonesia
Di dalam berupaya membangun negeri Nusantara
Membangun bangsa yang berdaulat dan merdeka

Mantra ajiku cuma satu hanya Garuda Pancasila
Yang  sayapnya  panjang terbentang seluas dunia
Bunyi gaung suaranya getarkan alam marcapada
Yang kesaktiannya terbukti ampuh jaya kawijaya
Jadi pedoman bermasyarakat berbangsa bernegara

Berkiprah di  dalam  aktifitas perilaku Ketuhanan
Berkiprah di dalam aktifitas bangun Kemanusiaan
Berkiprah dalam aktifitas  bangun rasa Persatuan
Berkiprah dalam aktifitas bangun jiwa Kerakyatan
Berkiprah di dalam aktifitas bangun rasa Keadilan

Bumi Pangarakan, Bogor
Selasa, 02 Juni 2015 – 18:03 WIB


“GETAR-GETAR CINTA YANG TAK MAU SIRNA”
Karya: Ki Slamet 42

Ada getar-getar cinta berdetak keras di dalam dada
Berdenyut-denyut tak pernah susut terus bergelora
Ketuk irama nada melodi cinta kidung duka nestapa
Tentang kenangan lama cerita pupusnya rasa asmara
Yang tak pernah terwujud nyata di alam marcapada
Yang terus saja tak mau henti mengoyak relung jiwa

Kucoba melupakan segala kenangan cinta bersamamu
Menyepi bermesu diri kembara ke alam imajinasi semu
Layang kembara ke alam kama-kama bayangkan dirimu
Menapak tilas alas Parigi mendengkur di hutan bambu
Namun, gelora rasa merindu semakin terasa menggebu
Lutfia bayang wajahmu selalu saja datang mengganggu

Sungguh, getaran-getaran cinta ini telah membelenggu
Begitu kuat melekat ketat mengikat daya pikir rasaku
Hingga jiwa dan raga rasa tersiksa dalam neraka kalbu
Terasa sakit, pedih, perih bagai dikoyak-koyak sembilu   
Padahal sudah tiga puluh delapan tahun telah berlalu
Namun kenangan itu tak jua mau sirna dari ingatanku

Kini aku sadari, kehidupan adalah sketsa garis warna
Lukisan  semesta karya, Tuhan  Sang Maha Pencipta
Yang oleh keadilan-Nya, karena kasih dan sayang-Nya
Setiap orang miliki garis hidup, memiliki warna-warna
Yang menumbuhkan memunculkan macam romantika
Atas ketentuan dan seizin dari Tuhan Yang Maha Esa

Bumi Pangarakan, Bogor
Senin, 01 Juni 2015 – 22:57 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar