“HENING CIPTA PIJAKAN ROHANI JIWA”
Karya: Ki Slamet 42
Samadi
adalah hening cipta tuk mencari sasmita
Perihal
warta batin di masa lampau dan di muka
Untuk
dijadikan kuatnya dasar pijak rohani jiwa
Dalam
hadapi bermacam godaan alam mayapada
Dimana
kemewahan harta adalah derajat utama
Tetapi
manusia acapkali seringlah lupa dan alpa
Sangat
gandrung bahkan menjadi linglung harta
Melakukan
kekutug, sesaji dan membakar dupa
Memohon
kepada para lelembut dan roh Tetua
Agar
ajeg terjaga segala derajat kewahan dunia
Berkasak-kusuk
di belakang menusuk cari muka
Pandai
bersilat lidah, dan berlembut tutur kata
Berkumat-kamit
mantrai aji mumpung jala sutra
Agar
semua tak berkutik tak bisa buat apa-apa
Terbelenggu
dalam kelemahan atas pengaruhnya
Padahal
hidup di alam maya hanyalah sementara
Segala
harta, kemewahan, dan jabatan kan sirna
Yang
hanya nikmat di awalnya, samsara akhirnya
Maka
janganlah berbangga dan berbusung dada
Pabila
Tuhan murka yang kau miliki sirna semua
Maka
bersamadilah berhening cipta cari sasmita
Renungkan
segala perilaku lampau nan angkara
Untuk
melangkah ke depan dalam putihnya jiwa
Terejawantah
di dalam tingkah polah laku raga
Yang
selalu akan memancar di mana saja berada
Bumi Pangarakan, Bogor
Rabu, 17 Juni 2015 – WIB
“DIGANGGU HANTU JAIL”
Karya: Slamet Priyadi
Di Saat aku terjaga dari tidur lelap di perut malam
Aku buka sedikit gordyn jendela, gulita mencekam
Mataku menatap ke luar, di sana ada bayang hitam
Berkelebat di antara pepohonan, hati terasa seram
Aku buka sedikit gordyn jendela, gulita mencekam
Mataku menatap ke luar, di sana ada bayang hitam
Berkelebat di antara pepohonan, hati terasa seram
Tiba-tiba ada suara ba’ benda jatuh di atas genting
Jatuh tepat menggelinding seperti ada di
samping
Perasaan seram, membuatku takut jalan berkeliling
Maka aku biarkan saja lanjutkan tidur juput guling
Jam dua tengah malam, saat aku sedang tulis puisi
Ada suara seperti memanggil nama istriku satu kali
Dari luar rumah sambil ketuk pintu dapur tiga kali
“Bu! Tok, tok,
tok,” persis suara anakku yang pergi
Maka aku segera bangkit, langkahkan kedua kaki
Menuju dapur ‘tuk buka pintu yang masih dikunci
Lalu kubuka pintu dapur, tetapi apa yang terjadi?
Di luar tak ada
siapa-siapa, bulu kudukku berdiri
Sudah tiga hari ini, setiap pukul dua tengah malam
Hantu jail, ganggu aku terus di saat menulis kalam
Tapi, ekspresi rasaku tentu tak akan
bisa diredam
Hanya dengan menteror jiwa agar
terus terpendam
Bumi
Pangarakan, Bogor
Minggu, 14 Juni
2015 – 11:WIB
“MISTERI ORANG
GILA”
Karya: Ki Slamet 42
Orang gila tua
itu bertubuh kurus dan kumal
Wajah l usuh
penuh peluh kotor dan berdaki
Rambut
gimbal dipenuhi debu menggumpal
Berbaring di emper toko Indomaret yang sepi
Di tepi jalan
macet jalan raya Ciawi-Sukabumi
Sejak aku mulai
berangkat kerja pagi hari tadi
Hingga sampai aku pulang kerja di sore hari ini
Orang gila itu masih tak pernah beranjak pergi
Tak ada satu pun orang mau peduli dan empati
Pada orang gila
itu yang nampak kurus kering
Sementara Jalan Raya Ciawi-Sukabumi sore hari
Kemacetan kendaraan semakinlah menjadi-jadi
Dipenuhi ratusan
kendaraan kampanye legislasi
Yang berputar lalu balik arah sampai berkali-kali
Di sela-sela kendaraan orang gila itu aku hampiri
Aku sapa orang gila itu tapi tetap diam membisu
Hanya matanya saja yang mendelik menatapku
Seperti
heran ada orang
yang memperhatikan
Dengannya orang gila yang tiada bermasa depan
Di emper toko Indomaret SPN Lido tanpa teman
Berapa
saat kemudian ia pun
duduk senderan
Masih diam matanya menatap kosong ke depan
Tiada peduli
macet dan suara bising kendaraan
Meski Hatiku berdebar gentar ada rasa sungkan
Ku beranikan duduk di sisiya ajukan pertanyaan
“Sedari pagi di sini,
apakah bapak sudah makan ?”
Orang tua gila itu tetap diam tak jawab pertanyaan
Hanya menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan
Dan, kuambil dari dalam tas nasi rames bungkusan
Lalu kepada orang tua gila itu nasi rames kuberikan
Pak, ini ada sebungkus nasi rames, silahkan dimakan
Orang gila tetap diam kepalanya digeleng-gelengkan
Berkata dengan terbata-bata, suara bicaranya pelan
Nak, terimakasih atas segala kebaikan dan perhatian
Tapi sungguh,
bapak sudah tak butuh makan, nak
!
Dengar jawaban seperti itu, aku benar-benar heran
Dan menjadi tak habis pikir, “oya... begitukah, pak?
Jikalau demikian,
ini ada sedikit uang untuk bapak,
Barangkali ini akan bermanfaat untuk bapak kelak!
Aku ambil uang
seratus ribu dari dalam dompetku
Lagi-lagi, aku
menjadi dibuat heran tak habis pikir
orang gila tua itu tolak uang dariku seraya berkata,
“Nak, terimakasih! Bapak sudah tak butuh apapun
Dan baiknya,
berikan saja uang itu untuk keluarga
Semoga anak diberikan rizqi berlimpah dari Tuhan”
“Jika demikian adanya, saya mohon maaf, lho pak!
Atas sikap saya
telah membuat bapak tersinggung
Rumah saya di
dekat sini pak, saya kembali
dulu.”
“Oya,
terimakasih atas perhatiannya, selamat jalan!
Setelah berkata demikian itu, aku pun segera berlalu
Tapi baru tiga langkah kutinggalkan orang tua gila itu
Seorang yang melihatku berbicara bertanya padaku,
“Maaf,
pak! Tadi bapak sepertinya bicara
sendirian,
Dengan siapakah
tadi bapak berbicara di emper itu?”
Mendengar pertanyaan itu, aku jadi terheran-heran
Dan, aku menjadi benar-benar heran dan penasaran,
Segera menoleh ke belakang tatap ke arah emperan
Tempat tadi aku menyapa, bicara dengan orang gila
Dan di sana, aku melihat memang tak ada siapa-siapa
Aku tak habis pikir, merasa heran dan bertanya-tanya
Sebenarnya, siapakah dan kemanakah orang tua gila
yang hilang lenyap begitu saja, pergi entah ke mana?
Orang yang bertanya kepadaku geleng-geleng kepala
Sementara aku berdiri terpaku jadi melongo
terpana
Sejenak baru aku menyadari dengan apa yang terjadi
Hi hi hi, aku
jadi tertawa sendiri merasa geli dalam hati
Karena ternyata aku sendiri yang menjadi orang gilanya
sebab duduk sendiri dan bicara sendiri di emperan toko
Persis di depan
gapura Sekolah KepolisianNegara, Lido
Hingga kini orang
gila itu keberadaannya masih misteri
Bumi Pangarakan,
Bogor
Sabtu, 06 Juni
2015 – 02:30 WIB
"BALADA RUMAH KOSONG"
Karya:
Ki Slamet 42
Dalam
rumah kosong yang dua tahun tiada berpenghuni
Kandung
kisah misteri prilaku keji sang suami pada istri
Sebab
emosi tak bisa dikendali hilang akal dan lupa diri
Lalu
embunuh karena sang istri berbuat selingkuh pasti
Dengan
kerabat keluarga yang bukan lain kakak sendiri
Saat
tengah malam dari dalam rumah kosong itu muncul
Ke
luar dua bayangan hitam yang saling
berpeluk gumul
Tertawa
mengikik melayang berselendangkan kain kemul
Motif
burung kukuk beluk di ranting pohon bergandul
Melayang-layang
lenyap di balik gumuk semak gerumbul
Suatu
ketika, di tengah malam Jumat kliwon nan kelam
Dari
dalam rumah kosong berhantu dua jahanam hitam
Terdengar
jeritan menyayat menguak kesunyian malam
Seperti
suara lolong anjing sekarat nyawa redup redam
Seperti
bunyi genderang kematian ritual sesaji gendam
Aku
intip dari jendela kamar bilik bambu warna gading
Bulu
kuduk bergidik, badan terasa bergetar merinding
Nampak
terlihat dua hantu jahanam keluar bersanding
Dari
kedua gigi taringnya mengucur darah hitam keling
Yang
bau menebar di depan teras rumah kosong hening
Kedua
mataku jadi tak bisa berpejam tiada rasa kantuk
Masih
terlintas di mata kedua hantu jahanam terkutuk
Penghuni
rumah kosong itu berkelebat tak berpungguk
Pagi
hari ditemukan mayat, lehernya ada luka berlekuk
Bagai
bekas luka gigit dua burung hantu kokok
beluk
Selidik
punya selidik, ternyata mayat itu adalah
lelaki
Yang
terpaksa membunuh sebab dikhianati sang isteri
Yang
berselingkuh dengan kakak kandungnya
sendiri
Hingga
dia emosi dan lupa diri lakukan perbuatan keji
Dengan
membunuh sang istri, dan saudaranya sendiri
Konon
dua hantu jahanam penghuni rumah kosong itu
Masih
suka menampakkan diri dan muncul menggangu
Siapa
saja yang tak dikenal dan kebetulan lewat di situ
Pada
setiap malam Jumat kliwon dan di malam Minggu
Tapi
yang kualami hantu itu tak pernah menggangguku
Bumi Pangarakan, Bogor
minggu, 07 Juni 2015 – 07:04 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar